05. Sebuah Pertemuan

129K 10.3K 184
                                    

Happy Reading!

CW Harsh words everywhere!

Revised

Dua minggu, lima hari setelah kejadian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua minggu, lima hari setelah kejadian...

Ravindra yang sudah bosan bermain basket langsung melempar bola yang ia pegang ke Arka. Dia keluar lapangan untuk mengambil handuk dan HPnya. Setelah itu, cowok itu duduk di ujung lapangan. Sambil mengelap peluhnya, dia membuka ponselnya. Ravindra menyernyit begitu melihat notifikasi dari nomor yang tidak dikenal. Dengan serta-merta dia langsung membuka notifikasi tersebut.

Unknown

Ada yang mau gue bicarain sama lo.

Dateng ke lokasi yang gue send besok, jam 2 siang.

*Send location

Jantung Ravindra berdetak cepat setelah membaca pesan dari nomor asing tersebut. Dalam hatinya dia sudah menerka-nerka kalau yang mengirim pesan ini merupakan perempuan yang dijebak bersamanya. Tanpa berlama-lama, Ravindra langsung membalas pesannya. Dia mengiyakan pertemuan tersebut.

"Woi Rav, mau udahan kaga lo?" tanya Gevano.

Ravindra langsung mendongak. "Udahan, gue cabut duluan."

Setelah itu, Ravindra langsung mengambil tasnya dan berjalan menuju parkiran. Dia menyalakan motornya dan segera keluar dari SMA Taruna.

****

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Ravindra tiba. Setelah jam pelajaran usai, cowok itu langsung mengambil tasnya dan ke parkiran. Jam baru menunjukkan setengah dua. Namun dia sudah melajukan motornya menuju lokasi yang kemarin dia terima dari si 'unknown'. 

Sesampainya di tempat itu, Ravindra langsung melepaskan helmnya dan melihat keadaan sekitar. Lokasi yang diambil sangat sepi. Sepertinya belum ada orang yang menunggunya di sana. Ravindra menghela napasnya. Entah apa yang akan dia dengar nanti.

Sekitar 15 menit, Ravindra menunggu di tempat sepi tersebut. Akhirnya seseorang datang. Ravindra yang menyadari hal itu langsung menoleh. Orang yang datang memakai hoodie kebesaran, topi, dan masker. Namun bawahannya memakai rok abu-abu untuk anak SMA. Sepertinya tebakan Ravindra benar.

"Ekhem..." Naresha berdeham gugup begitu melihat Ravindra. Tentu bukan karena pemuda itu adalah seseorang yang terkenal dari sekolahnya. Semua itu karena topik yang ingin dia bicarakan terasa berat hari ini. Berat sekali sampai rasanya jantungnya akan berhenti karena debaran jantung yang terlalu cepat.

"Mau bicarain apa sama gue?" tanya Ravindra to the point.

Naresha hanya menunduk sambil menyembunyikan sesuatu di belakangnya. Dia terdiam, begitu juga Ravindra. Hanya ada keheningan di antara mereka sekarang. Keduanya sibuk dengan pikiran sendiri.

RAVINDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang