02. Luka

177K 11.2K 244
                                    

Happy reading!

Revised

Ravindra yang masih asik berbicara dengan teman se-gengnya langsung menoleh ke orang yang berada di ambang pintu kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ravindra yang masih asik berbicara dengan teman se-gengnya langsung menoleh ke orang yang berada di ambang pintu kelasnya. Dia menghela napas gusar, setelah melihat siapa yang memanggilnya. Orang yang memanggilnya, merupakan guru yang mengancam akan memanggil ayahnya bila Ravindra ketahuan telat sekali lagi—Pak Burhan. Seharusnya Ravindra tahu dari awal bahwa dia pasti akan tetap ketahuan telat. Cowok itu langsung berdiri hingga kursinya berdecit keras.

"Waduh, ketahuan ye lo!" seru Arka, teman Ravindra.

Ravindra tidak menghiraukan Arka. Dia langsung pergi mengikuti Pak Burhan menuju ruang guru.

"Duduk," titah pria berkumis tebal itu.

Ravindra langsung mengikuti perintah dari Pak Burham.

"Kamu ini ya, sudah saya katakan berapa kali sih? Jangan telat lagi!" tekan Pak Burhan.

Ravindra tidak mendengarkan kalimat yang dilontarkan Pak Burhan selanjutnya. Dia malah sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Ravindra! Kamu dengar saya?" tanya Pak Burhan yang merasa tidak dihargai.

Ravindra tersentak. "Ya pak, maaf,"

Pak Burhan menggeleng kepalanya. "Tolong berikan kertas ini ke ayah kamu. Beliau harus datang besok!"

"Kalau dia gak datang?" tanya Ravindra.

"Harus datang! Kamu berikan saja kertas ini kepada ayah kamu."

Ravindra menghela napas untuk kesekian kalinya. "Ya, Pak. Saya permisi."

Ravindra sepertinya harus siap-siap menerima pukulan dan bentakan ayahnya lagi besok. Ya sudahlah, biarkan saja. Lagipula, dia sudah tidak peduli akan hal itu lagi.

****

"Aaaa gila, sial banget gue hari ini. Udah telat masuk, dihukum bersihin gudang lagi!" curhat Naresha kesal. Gadis itu menyeruput minumannya lalu menaruh gelasnya kasar ke meja.

Kinan mendengkus melihat Naresha. Baru sekali telat saja sudah heboh begitu.

"Alay anjir," ledek Kinan.

Naresha mencebik kesal. Lalu, perhatiannya tertuju ke anak baru di kelasnya yang sepertinya sedang mencari tempat duduk. "FRISKA!" panggil Naresha kepada anak baru itu.

Gadis yang bernama Friska itu langsung mencari-cari sumber suara yang memanggilnya. Setelah menemukan Naresha dia langsung berjalan ke arah meja yang ditempati Naresha dan Kinan.

"Lo yang manggil gue?" tanya Friska memastikan. Takutnya dia salah dengar tadi. Ini hari keduanya di SMA Taruna, dan jujur saja dia belum mendapatkan teman.

"Iya, gue manggil lo. Sini duduk bareng kita," ujar Naresha, sembari menggeser tubuhnya dan memberi tempat untuk Friska.

Friska tersenyum sebentar lalu, dia duduk di sebelah Naresha.

RAVINDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang