Happy Reading~
Saat ini, kelas Ravindra sedang jam kosong. Beberapa murid laki-laki ada yang di pojokan entah menonton apa, sedangkan murid perempuan pada gibah di depan kelas. Ada juga, manusia-manusia yang dengan pedenya bernyanyi, walaupun suara mereka sudah sangat fals dan udah kayak minta di lemparin batu.
"HEYY! Sampai jumpa di lain harii... untuk kita bertemu lagi~"
Gevano memetik gitar yang di bawa olehnya diam-diam, bersama beberapa murid yang menyanyikan lagu.
"MESKIPUN KU TAK SIAP UNTUK MERINDUU!!"
Ravindra yang tiduran di bangku langsung meraup wajahnya. Sumpah, dia benar-benar ingin tidur sekarang.
"AYYYY YANG CEWEK NYANYI DONG!" teriak Baskara, cowok terberisik di kelas. Sedangkan, Gevano menempatkan posisi kedua.
"Males banget!" sahut Ana.
"Ooh, sadar suaranya jelek makanya gak mau, ya?" tanya Baskara.
"Sialan!" Ana bangkit dari bangkunya dan berjalan ke belakang untuk menjambak rambut Baskara.
"Aduh, neng Ana sangar tapi manis, ya," ujar Gevano sambil tersenyum sok ganteng.
"Kaga seneng gue dipuji ama lo!" balas Ana galak.
Gevano terkekeh. Namun, dia langsung melanjutkan permainan gitarnya lagi. Di sisi lain, Ravindra yang sibuk tiduran langsung duduk di bangkunya. Dia memutuskan untuk keluar dari kelas saja.
Cowok itu berjalan menyusuri koridor kelas. Rasanya, jadi membosankan kalau lagi gak di rumah. Akhir-akhir ini, Ravindra juga sudah jarang merokok. Jadi gak ada yang bisa dilakukan kalau dia ke rooftop sekolah.
"Emang si, gak nyangka gue. Ternyata si Naresha itu jalang, ya? Sampai hamil di luar nikah. Di bayar berapa coba? Kalau tau gue booking dia. Cakep soalnya,"
Ravindra yang mendengar itu langsung menghampiri seorang murid cowok yang baru saja keluar toilet. Tanpa mengatakan apapun, Ravindra menarik kerah seragam murid itu dan langsung memberikan bogem mentah di wajahnya.
Teman dari cowok yang membicarakan Naresha langsung bergidik ngeri. Dia hanya mampu terdiam di tempatnya melihat Ravindra dengan sadisnya memukul temannya. Namun, pada akhirnya dia segera memanggil seseorang untuk menghentikan Ravindra.
"BANGSAT!"
Ravindra memberikan pukulan telak di wajah lawannya. Baru setelah itu, ada seseorang yang menariknya ke belakang.
"Rav! Guru-guru udah pada datang!" ucap Arka yang masih menahan Ravindra.
Ravindra melihat sekelilingnya dengan deru nafas yang tidak beraturan. Beberapa murid dan guru sudah banyak yang menonton perkelahiannya barusan. Eh, bukan perkelahian. Lebih tepatnya, Ravindra yang sedang mencoba untuk membunuh orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA [END]
Teen FictionKeputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakukan kekerasan, membuat Ravindra tumbuh menjadi remaja yang tak terkendalikan. Tapi dunianya seakan ju...