Happy reading~
Sudah beberapa hari, sejak Naresha ketahuan hamil. Ravindra dan perempuan itu memang jarang berinteraksi. Paling, Ravindra hanya menanyakan soal keadaan Naresha dan kandungannya. Naresha juga sangat pintar menyembunyikan kehamilannya di sekolah. Hampir setiap hari dia minum jahe meskipun terpaksa. Walaupun hal itu tidak menjamin Naresha tidak akan mual-mual lagi, sih.
Pernikahan kecil keduanya akan digelar 2 minggu lagi. Siap atau tidak siap mereka harus tetap menikah. Padahal tidak ada perasaan di antara keduanya, mereka hanya terhubung karena calon bayi di perut Naresha. Saat ini Ravindra sedang mengantar Naresha ke rumah perempuan itu. Karena sesuai perintah Tejo, Ravindra harus menjaga Naresha sebaik mungkin.
Naresha menatap kaca spion untuk melihat wajah Ravindra. Mungkin permintaan si bayi kali ya, mau lihat bapaknya. Padahal perut Naresha saja masih rata.
"Berhenti di tempat es krim dulu dong," ucap Naresha tiba-tiba. Lidahnya lagi kepengen yang dingin-dingin soalnya.
Ravindra berdeham, mengiyakan. Motornya ia parkirkan di depan jualan es-krim keliling. Naresha turun dari motor dan memilih es krim.
"Pak, yang ini um..." Naresha menatap Ravindra sebentar.
"Mau gak?" tanya Naresha kepada Ravindra.
Ravindra menggeleng.
"Yaudah pak, yang ini dua ya." ucap Naresha sembari mengeluarkan uang dari sakunya.
Si penjual memberikan dua potong es krim kepada Naresha. Perempuan itu menerimanya dengan wajah sumringah. Dia memberikan uang kepada penjual dan kembali duduk di jok motor Ravindra.
"Cepet ke rumah gue, nanti es krimnya cair." titah Naresha.
Ravindra kembali menjalankan motornya, sedikit ngebut ke rumah Naresha. Sesampainya di rumah Naresha, perempuan itu buru-buru membuka gerbangnya.
"Masuk dulu, mama lagi jemput adek gue,"
Ravindra menyernyit. Tumben sekali, Naresha mengajaknya untuk masuk. Biasanya juga mencak-mencak nyuruh Ravindra cepat pulang.
"Gak ah, gue pulang dulu." balas Ravindra. Baru saja Ravindra akan jalan, Naresha langsung menarik tas Ravindra dari belakang.
"Masuk duluu!" tuntut Naresha sambil memelas.
Ravindra terpaksa masuk ke rumah Naresha, karena perempuan itu merengek. Naresha menyuruh Ravindra untuk menunggu di ruang tamu sedangkan dia masuk ke dapur.
Ravindra mengamati isi rumah Naresha. Sangat kentara sekali, kalau keluarga Naresha sangat harmonis. Rumah yang nyaman, dan banyak foto keluarga yang terpajang rapih di dinding. Dengan senyuman bahagia yang terpancar dari muka keempatnya. Naresha sedang memangku adiknya, sedangkan ayah dan ibunya berada di sisi sebelah kanan dan kiri Naresha.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA [END]
Teen FictionKeputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakukan kekerasan, membuat Ravindra tumbuh menjadi remaja yang tak terkendalikan. Tapi dunianya seakan ju...