45. END

174K 9.6K 1.1K
                                    

Etdah, udah ending aja.

Ini pasti ada yg belum baca semua, terus langsung skip ke endingnya nih😌 😌 

KASIH VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA YAA. Terserah komen apa aja, komen gak jelas pun gpp, yang penting komen, dahh

Wahai para siders mending klian pada nampakin diri sekarang dah. Kasih vote/komen cefatt.

Btw endingnya emang aneh banget, maafin, ya🙏🏻

Happy Reading~

" Kebersamaan itu mahal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Kebersamaan itu mahal. Maka hargailah tiap detik yang terlewat bersama."

****

"ANJIR, SI OGEB UDAH SADAR!"

"PANGGIL DOKTER WOI!"

Ravindra mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu pemuda itu memegang kepalanya yang sedikit pusing. Tangannya diinfus dan perutnya terdapat bekas jahitan. Dia bernapas lega, begitu sadar dirinya masih hidup. Ravindra menatap ke arah dokter yang baru masuk ke ruangan inapnya.

"Saya cek dulu, ya," ujar dokter tersebut kepada teman-teman Ravindra yang  menjaganya di ruang inap.

Setelah, Ravindra diperiksa, akhirnya semua temannya diperbolehkan masuk ke ruangan.

"Selamat datang kembali ke dunia, bro!" ucap Arka sambil memukul lengan Ravindra.

"Macem-macem mulu, sih. Jadi begini kan," ujar Mamet sambil menggeleng-geleng.

Ravindra tidak menanggapi perkataan teman-temannya itu. Dia malah mengedarkan pandangan ke ruangan inapnya, mencari seseorang.

"Bini gue mana?" tanya Ravindra bingung.

"Dia habis lahiran," ujar Arka menjawab rasa penasaran Ravindra.

Ravindra terdiam sebentar, sedetik kemudian dia melepas infusannya dan bangkit dari ranjang. Perutnya tiba-tiba terasa sakit, hal itu membuat dia meringis dan kembali terduduk di ranjang. Tangannya juga berdarah, karena infusan yang dilepas paksa.

"Sabar bang! Lo baru sadar dari bius anying. Istri lo baru lahiran sekitar sehari lalu, jadi dia baru boleh pulang setelah seminggu dan lo udah dibolehin pulang sekitar 3 hari lebih. Jadi sabar, ya?" Arka mendorong pelan bahu Ravindra hingga pemuda itu tertidur di ranjang.

"Enggak bisa bego! Dia lahiran masa kaga ada gue?" tanya Ravindra dengan suara serak. Rasanya dia tidak ada tenaga sekarang, namun keinginan untuk bertemu Naresha lebih besar dari pada rasa sakitnya saat ini.

"Ck, udah lo sabar dulu, bro! Dia baek-baek aja, kok." ucap Gevano menenangkan.

"Gue panggilin dokter buat perbaikin infusan lo, dah." ucap Mamet sebelum memencet tombol nurse call.

RAVINDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang