Happy Reading!!! <:
Ravindra buru-buru menuju ke SMA Taruna, begitu mendengar rumor tentang kehamilan Naresha tersebar. Dia mengebut di jalan, bahkan sampai mengumpati setiap mobil atau motor yang menghalangi jalannya. Sesampainya di SMA Taruna, Ravindra langsung melesat ke ruang kepala sekolah. Untung saja, sekarang masih jam pelajaran. Jadi, tidak ada yang melihat Ravindra saat ini.
Dia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya. Lalu, Ravindra menemukan keberadaan Naresha beserta kedua orang tua perempuan itu. Cowok itu mengatur nafasnya sebentar, lalu dia berjalan mendekati Naresha yang duduk di sofa kecil.
"Lo gak kenapa-napa 'kan?" tanya Ravindra dengan nafas yang tersengal-sengal.
Naresha menatap Ravindra lalu mengangguk.
"Ravindra, jadi kamu yang hamilin Naresha?" tanya Pak Andre-kepala sekolah SMA Taruna.
"Iya, pak." ucap Ravindra. Tidak ada gunanya berbohong saat ini.
Pak Andre menggeleng-geleng miris.
"Bapak, ibu. Maaf ya, tapi kami terpaksa mengeluarkan Naresha dari SMA Taruna. Karena disini, bagi siswi yang hamil tidak diizinkan untuk melanjutkan sekolah. Kami mohon maaf sebesar-besarnya." ujar Pak Andre.
Tejo melipat tangannya sambil menghadap ke arah Ravindra seolah mengatakan kalau ini adalah akibat dari semua perbuatan Ravindra. Ravindra bergeming. Sedangkan Naresha menunjukkan raut kecewa. Dia sudah siap untuk berhenti sekolah sementara, namun Naresha tidak pernah siap kalau berita kehamilannya tersebar sampai ke murid-murid SMA Taruna.
"Kami akan mengurus semuanya ya, pak, bu. Mulai besok Naresha sudah tidak diizinkan untuk masuk. Saya minta maaf sekali lagi,"
****
"Naresha, kamu jangan sedih, ya. Nanti masih bisa lanjut, kok." ujar Lira yang takut sang anak sedih karena terlalu memikirkan tentang sekolah.
"Iya,"
Tejo menghampiri Naresha lalu memeluk sang anak sambil mengecup puncak kepalanya berkali-kali. Naresha membalas pelukan sang ayah, lalu menyenderkan kepalanya di dada Tejo.
"Jangan stress mikirin ini, ya Naresha. Papa tau kamu bisa." ujar Tejo.
Tejo melepaskan pelukannya lalu tatapannya beralih ke Ravindra.
"Kamu kenapa tidak sekolah?" tanya Tejo yang mulai menginterogasi Ravindra. Dia menatap pakaian yang dipakai Ravindra. Pemuda itu hanya mengenakan kaos berwarna hitam, celana jeans, dan sepatu berwarna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA [END]
Teen FictionKeputusan Ravindra untuk melupakan masalahnya di club malam itu, benar-benar sebuah kesalahan besar. **** Ibunya bunuh diri dan ayahnya suka melakukan kekerasan, membuat Ravindra tumbuh menjadi remaja yang tak terkendalikan. Tapi dunianya seakan ju...