12

946 130 18
                                    

Aku mengenal banyak jenis heroin, tapi kau satu-satunya canduku.

Mungkin bisa tinggalkan komentar atau vote kalian.

Double up guys✨🔥

Mikasa menatap dirinya lewat pantulan cermin. Beberapa menit lagi ia akan segera tidur, besok pria bernama Levi itu mengajaknya menikmati udara pagi.

Dan apa katanya tadi? Tidak mau mengajak Mikasa pergi ke pantai? Cih! Pantas saja. Resort pria itu ternyata berada tepat di pinggir pantai. Dan lebih hebatnya lagi, kamar Mikasa sengaja dipilih dengan spot yang langsung mengarah ke hamparan lautan luas itu.

Pria berwajah dingin, dan berhati bejat tersebut ternyata memiliki sisi baik. Bahkan jauh sebelum Mikasa meminta, Levi telah lebih dulu menyediakannya.

Mikasa sedikit bersimpati pada kepribadian ganda si pria dingin.

Tok
Tok
Tok

"Mikasa,"

Mikasa melirik pintu kamarnya, jika di teliti menurut gaya bahasa dan suara rendahnya. Itu adalah bunyi yang di timbulkan dari bibir tajam Levi, untuk apa pria itu mengetuk pintu kamarnya malam-malam begini?

"Haiii," ujar Mikasa bangkit, menghampiri pintu kamarnya dan membuka penghalang tersebut.

"Konbanwa, Pak!" Sapa Mikasa lebih dulu.

Levi mengangguk, matanya mengintip ke dalam kamar Mikasa.

"Apa kau akan segera beristirahat?" Tanya Levi, dijawab anggukan kepala oleh Mikasa.

"Ah... Padahal aku ingin mengajakmu minum," desah Levi membuat Mikasa melebarkan matanya.

"Ma-maaf, Pak. Tapi aku tidak tidak pandai minum," jawab Mikasa malu.

"Lupakan saja, bagaimana kamarnya? Apa nyaman?" Tanya Levi lagi.

"Ehmm!" Jawab Mikasa mengangguk.

"Yokatta,"

"Kau membangun sebuah resort di tempat yang eksotis, seleramu cukup bagus." Ujar Mikasa menilai.

Levi terkekeh, "Kau terlalu meremehkan ku,"

Mikasa berdecih, "Aku akan beristirahat, waktuku-. Ehmm, maksudku aku merasa mengantuk," ralat Mikasa cepat.

Levi mengangguk pelan, "Nikmati waktu tidurmu, oyasumi."

"Oyasumi," balas Mikasa pelan.

-
-

Suara deburan ombak menjadi hal yang pertama kali Mikasa dengar di pagi ini. Semalam dirinya tertidur lelap, dan hari ini seluruh tubuhnya terasa sangat segar dan bugar.

Jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima menit. Tak ada tanda-tanda jika Levi akan mengajaknya pergi seperti kata pria itu, namun saat Mikasa akan berjalan menuju kamar mandi, ponselnya tiba-tiba saja bergetar.

"Moshi-,"

"Lima menit kau sudah harus tiba di lobi! Lambat satu detik, potong gajih!"

Tut

Mikasa berdecak pelan, pria pendek itu bahkan sudah mampu memarahinya di lagi hari seperti ini. Rasanya selama beberapa hari ke depan, Mikasa harus rela menghadapi sosok menyebalkan Levi. Meski dalam hatinya ia berharap Levi sedikit lebih santai, karena pekerjaannya disini tidak begitu berat.

Dengan perasaan kesal Mikasa segera berlari kearah kamar mandi, membasuh wajah dan menggosok giginya. Tidak mandi tidak apa kan? Memangnya kemana pria itu akan mengajaknya pergi? Tidak mungkin menghadiri pesta sepagi ini.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang