36

461 75 14
                                    

Seseorang mudah melupakan, mudah juga mencintai. Tapi tidak sembarang orang mudah menjaga dan menghargai.

Telat banget aku update hehe
Gpp kan, yang penting tetep aku post.

Selamat membaca ✨

Satu Minggu telah berlalu, dan seluruh anggota keluarga Ackerman mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk mencari keberadaan Petra dan juga ayahnya.

Depresi ringan dirasakan oleh Levi tiap kali ia teringat tentang sosok Mikasa. Ditambah kekacauan yang sering terjadi di kantornya belakangan ini.

Salah satu karyawan terbaiknya, Eren Yeager resmi resign dan ia terpaksa menarik Sasha untuk menghandle beberapa pekerjaannya di kantor pusat.

Tepat hari ini, Levi menandatangani sebuah kontrak dengan sebuah organisasi detektif untuk membantunya menemukan keberadaan Petra.

Ia sengaja tidak memfokuskan pencariannya pada Mikasa, karena ia percaya kekasihnya itu pasti baik-baik saja. Namun hal sebaliknya ia lakukan agar tidak ada lagi hal buruk yang terjadi akibat ulah Petra.

"Sebaiknya kau pergi dari rumahmu, cepat atau lambat Levi akan menemukan keberadaan mu." Reiner berucap pada Petra melalui sambungan telepon.

"H-hah? Bagaimana bisa?! Aku sudah pergi ke Amerika, bahkan di kota yang lumayan terpencil." Petra memekik ketakutan.

Reiner diam-diam tersenyum miring, "Kau melupakan fakta jika Levi adalah klan Ackerman?"

"Tidak, tapi....."

"Aku tidak bisa membantumu banyak hal lagi, setidaknya aku telah menepati janjiku." Ucap Reiner enteng.

"Reiner..... Kali ini, apa yang harus aku lakukan?" Suara Petra bergetar menahan tangis.

Reiner tampak berfikir, ia sebenarnya sama sekali tidak peduli apa yang akan Petra lakukan saat ini. Ia tidak mau ikut campur terlalu jauh, apalagi kini hidupnya berada dalam genggaman Historia.

"Apa rencana mu selanjutnya?" Tanya Reiner kemudian.

"Hari ini ada jadwal pemeriksaan, aku telah mengatur beberapa hal agar terjadi sebuah kecelakaan. Ia mati dan aku akan pergi meninggalkan Amerika,"

"Disaat dirimu tengah menjadi buronan?" Tanya Reiner tidak habis pikir.

"Itu rencana terakhir," lirih Petra.

Reiner mendesah panjang, ia juga ikut lelah memikirkan nasib wanita yang kini tengah kesulitan itu. Namun jika dipikir-pikir lagi, apa untungnya ia membantu Petra?

"Keputusan ada di tanganmu, kau tahu aku tidak bisa melakukan apapun lagi untuk saat ini. Semoga kau berhasil Petra,"

"Aku harap juga begitu, jika pada akhirnya nanti aku tertangkap, tolong sampaikan maafku pada kak Hanji. Aku benar-benar menyesal telah melanggar perintahnya, aku sangat menyayanginya dan menganggapnya seperti kakakku sendiri. Tolong sampaikan itu Reiner," Petra berucap lirih, ia sungguh tidak memiliki harapan apapun saat ini.

Reiner menghela nafasnya gusar, ia hanya mengangguk meski tidak dilihat oleh Petra.

-
-

"Aku yang akan mengantarmu, biarkan Annie dan Armin menghabiskan waktu bersama, hm?" Bujuk Jean, saat Mikasa hendak pergi ke rumah sakit bersama Annie.

Annie mencibir, "Kami tidak kekurangan waktu untuk bersama, kau saja yang berusaha memanfaatkan waktumu bersama Mikasa." Sindirnya.

Jean mendelik, "Apa masalahmu? Aku berusaha selalu ada untuk Mikasa,"

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang