15

933 134 20
                                    

I do what i want. Tak seorangpun berhak mengatur hidupku.

Aku mau Hiatus lagi sampe sabtu depan, cuz aku lagi mempersiapkan diri buat lomba story telling. Juga persiapan masuk univ. Kalo ada waktu aku bakal up sebelum sabtu, tapi gak janji😌

Selamat membaca.

Perjalanan menuju kampung halaman tidak sesuai dengan harapan awal yang Mikasa inginkan. Gadis itu duduk dengan nyaman sembari menatap awan yang lewat di sebelah jendela pesawat.

Jadwal penerbangan maju, Levi menyusunnya ulang dengan alasan pria itu merindukan ibunya.

Tak banyak yang dapat Mikasa keluhkan. Rasanya perjalan bisnis ke pulau Bali hanya menjadi perjalanan biasa. Tanpa momen bahagia, kenangan indah, bahkan tak satupun rencananya berjalan lancar.

Semalam saat dirinya mempersiapkan barang untuk pulang, Eren memberikan kabar jika pria itu ingin mengatakan hal penting. Entah apa, tapi Mikasa yakin jika hal tersebut pasti sangat serius hingga Eren hampir menyuruhnya agar pulang cepat.

Dua sofa besar di dalam pesawat pribadi ini terisi penuh, satu untuk Levi dan satu untuk Mikasa.

Mereka duduk terpisah, tapi sebenarnya Mikasa lebih nyaman duduk bersama pria itu. Tapi mengingat sikap aneh Levi sejak makan malam romantis kemarin, Mikasa jadi berpikir dua kali.

Levi bertingkah seperti sedang menjaga jarak dengannya. Pria itu seolah menjauh dari Mikasa, mengabaikan gadis itu hingga Mikasa sendiri khawatir telah membuat Levi marah.

Mikasa menghela nafas lelah, inilah yang di takutinya. Menjadi orang asing bagi siapapun yang tak sengaja menganggap serius ucapannya.

Perjalanan terasa sangat lama, beberapa jam hingga pesawat mendarat mulus di bandara.

Mikasa berjalan perlahan menyusul Levi, pria itu tetap diam. Tak mengatakan sepatah kata pun, bahkan untuk menoleh saja sepertinya enggan.

Saku Mikasa bergetar, benda pipih di dalam kantongnya berdering dengan layar menampilkan nama Historia di sana.

Ia mengobrol sesaat dengan Historia, tapi matanya masih tetap mengawasi Levi, jangan-jangan pria itu akan pergi meninggalkannya.

Dua menit, Mikasa mematikan sambungan teleponnya. Berlari kencang kearah Levi, membuat kakinya yang mengenakan heels hampir tersandung jika saja ia tidak menjaga keseimbangan.

"Levi!!!"

Mendengar teriakan Mikasa Levi semakin menambah kecepatan langkahnya, berusaha menghindari gadis itu yang tanpa sepengetahuannya semakin berlari kencang menyusul dirinya.

"Sial, pria itu! Apa dia sengaja menghindari ku?" Geram Mikasa.

Keduanya terlibat aksi saling kejar, beberapa pasang mata menatap mereka heran. Mikasa tidak peduli, sedangkan di depan sana Levi terus berlari. Menghindari Mikasa secara terang-terangan.

"Levii!! Historia menghubungiku, dia berkata nona Hanji kecelakaannya!!"

Levi berhenti berlari, Mikasa tersenyum lega menghampiri pria itu yang berjarak tak terlalu jauh darinya.

Dengan nafas memburu, Mikasa menepuk bahu Levi. Pria itu menatapnya datar, tapi tersirat rasa penasaran di sana. Mikasa tersenyum miring, melihat mimik wajah Levi yang seperti orang frustasi.

"Lari mu boleh juga, mau jadi atlit heh?" Goda Mikasa kemudian.

Levi mendengus, ia memalingkan wajahnya. Membuat Mikasa mencebik kesal.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang