05

1.2K 137 9
                                    

Aku tidak membuka pintu, tapi kenapa kau mampu berada di dalamnya?

Mungkin bisa tinggalkan komentar atau vote

Janji kemarin bakal up siang ini, semoga rame ya.
Narget 250x baca untuk 5 part yang udah aku up.
Bisa yuk bisa💖

Tangisan seorang pria terdengar begitu nyaring membuat Levi menahan jengkelnya. Ditambah tatapan tajam dari seorang wanita berambut pirang, yang sejak tadi terus menghantuinya dari sudut ruangan.

Levi berdecak kesal, merutuki dirinya sendiri yang bisa terlibat dalam situasi semacam ini.

Saat dirinya menemukan Mikasa pingsan di kamar pribadinya, tanpa pikir panjang Levi langsung membawa gadis itu ke rumah sakit. Setelah menghubungi Historia, dan dengan santainya wanita itu membuat pengumuman ke karyawan yang lain hingga terdengar ke telinga Eren.

Levi sendiri sebenarnya tidak masalah dengan banyaknya orang yang mengkhawatirkan keadaan Mikasa, hanya saja perlakuan orang-orang di sekitar gadis itu yang membuat Levi heran. Terutama Eren yang terus menangis sejak awal dirinya mengetahui keadaan Mikasa.

"Oi! Berhenti menangis!" Ujar Levi menatap tajam pada bawahannya itu.

Eren mendongak dan menatap Levi dengan matanya yang masih dipenuhi air mata.

"Maaf, pak. Saya hanya merasa khawatir dengan keadaan Mikasa," ujar Eren Demba menyeka air matanya.

Levi berdeham, ia tidak terlalu peduli dengan kekhawatiran Eren.

"Pak, kenapa Mikasa bisa jatuh pingsan? Apa bapak memberikan banyak pekerjaan untuknya?" Tanya Eren was-was.

Levi meliriknya sekilas, "Apa memfotokopi lima ratus lembar dokumen termasuk pekerjaan berat?"

Eren terkejut, kemudian dirinya menggeleng membuat Levi berdecih pelan.

"Kau terlalu khawatir untuk seukuran pria, apa kau memiliki perasaan khusus untuknya?" Tanya Levi pada Eren.

Suara Levi yang terdengar cukup jelas, tidak hanya membuat Eren yang mampu mendengarnya. Namun dua orang lain yang ada di sana, juga menatap kearah Levi atas apa yang pria itu katakan.

"A-apa yang bapak katakan?" Tanya Eren dengan wajah memerah.

Tangannya bahkan di tarik oleh seorang wanita yang sejak tadi terus menatap tajam kearah Levi.

"Kau butuh istirahat," ujar wanita itu dibarengi anggukan dari satu orang lainnya.

"Tidak! Aku masih ingin menemani Mikasa," tolak Eren.

"Mengertilah, Eren." Ujar wanita itu, namun Eren tetap bersikeras.

"Annie, Armin. Kalian sebaiknya pulang, aku masih ingin disini. Mikasa butuh diriku," ujar Eren membuat Levi berdecih pelan.

Wanita bernama Annie itu melirik tidak percaya, "Dengan pria mesum ini?"

"Annie," bisik Armin, pria yang sejak tadi berada di sampingnya.

Eren menghembuskan nafas kesal, dirinya berani bertaruh jika besok Levi akan langsung menyerangnya dengan tumpukan pekerjaan yang berat.

Setelah memberi sedikit kode pada Armin, pria berambut pirang itu mengangguk. Kemudian ia membawa Annie keluar dari ruangan Mikasa, menyisakan Eren dan bosnya di sana.

"Maaf atas ketidaknyamanan nya, pak. Dua orang tadi adalah sahabat saya dan Mikasa," ujar Eren tertunda.

Levi hanya diam tak menjawab.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang