10

1K 135 8
                                    

Butuh kerja ekstra untuk membuka pintunya, tapi kau malah memilih untuk mendobraknya.

Mungkin bisa tinggalkan komentar atau vote kalian.

Aku mau istirahat sekitar 3-4 hari, karena lagi banyak pekerjaan. Tapi tenang, aku janji up 2 part sekaligus nanti.

Dan selama aku hiatus beberapa hari, semoga cerita ini bisa tembus 1k viewers ya✨

Selamat membaca.

Malamnya.

Pria berwajah dingin itu menatap bermacam-macam hidangan yang tersusun rapi di atas meja makannya. Mulai dari tonkatsu, sushi, tempura, hingga kare khas Jepang yang menjadi hidangan favorit Levi. Mikasa juga.

Semua makanan dibuat hanya dengan waktu kurang dari dua jam, dan hanya di lakukan oleh dua orang saja. Mikasa dan Kuchel.

Levi cukup terkesan, menurut pandangannya Mikasa bukanlah gadis yang pandai dalam bidang memasak. Namun setelah melihat hasil kerja gadis itu, Levi memiliki penilaian lain. Mikasa jauh lebih baik dari Hanji yang selalu membanggakan dirinya sehabis selesai memasak.

"Bagaimana, hm? Ini semua masakan Mikasa," ujar Kuchel memamerkan hasil kerja keras gadis bersurai hitam itu.

Levi hanya mengangguk, sedangkan Mikasa tersipu malu di tempat duduknya. Apa yang dikatakan Kuchel tidak sepenuhnya benar, hanya saja wanita itu telah memberi ancaman manis pada Mikasa. Agar berpura-pura jika koki dari semua hidangan itu adalah dirinya (Mikasa).

"Dimana Hanji?" Tanya Levi, membuat Mikasa mengerutkan keningnya.

"Oh aku sampai lupa, Hanji itu tinggal di rumah ini, Mikasa. Dia sedang pergi berkencan dengan tunangannya," ujar Kuchel membuat Mikasa mengangguk.

"Aku dengar kau sedang ada masalah dengan Petra, kau berulah lagi, Levi?" Tanya Kuchel pelan, seolah topik yang di ambilnya begitu sensitif.

"Dia melewati batasannya," jawab Levi membuat Mikasa lagi-lagi teringat akan kejadian memalukan siang tadi.

"Dengan menjadikan Mikasa sebagai alasan pelarianmu? Levi, jangan bawa gadis sepolos Mikasa ikut campur dalam urusanmu. Kau sudah dewasa," ujar Kuchel, di respon anggukan acuh Levi.

"Kau dengar, Levi?!" Sentak Kuchel lagi.

"Aku dengar, ibu." Jawab Levi patuh, Mikasa diam-diam memperhatikan ekspresi wajah pria itu. Levi sangat patuh pada ibunya.

"Berikan ini pada Levi, sayang." Bisik Kuchel menyodorkan sepiring tempura pada Mikasa.

Mikasa melirik sejenak, kemudian ia mengangguk mengambil alih piring tersebut.

"Cobalah ini, Pak Levi." Ujar Mikasa mengoper sepiring udang tepung kearah Levi, pria itu mengerutkan keningnya. Namun tak luput mengambil beberapa tempura dan langsung melahapnya.

"Mikasa membuatnya dengan penuh cinta, setidaknya kau harus jatuh cinta padanya setelah ini."

"Uhuk uhuk!" Levi tersedak akibat ucapan ibunya, ia menepuk-nepuk pelan dadanya sembari meraih air yang di berikan oleh Mikasa.

"Ibu, berhenti mengucapkan hal konyol!" Protes Levi setelah nafasnya kembali normal.

Kuchel membuang wajahnya acuh, seolah tak peduli pada protes Putranya.

"Aku mau karenya!" Ujar Levi kemudian, membuat Mikasa langsung melayani pria itu.

"Itu makanan kesukaan Mikasa! Kenapa kau memakannya?!" Protes Kuchel hendak melarang Mikasa memberikan Levi kare kental tersebut.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang