37

424 77 29
                                    

Aku yang pertama, aku yang memulai dan aku yang menciptakan. Saat kau bersamanya dan mengulang apa yang kita lakukan, apakah kau merasakan de javu?

Jangan lupa vote dan komen ya
Selamat membaca ✨

Musim panas kembali datang. Hari yang cerah menyambut pohon-pohon dan burung yang berterbangan di langit. Udara hangat menyentuh permukaan kulit Mikasa, membuat wanita itu tersenyum teduh memandangi rerumputan yang mulai tinggi.

Jemarinya membelai batu nisan yang sedikit berdebu. Menyentuh satu persatu huruf yang tertulis diatasnya.

Ia tidak merasakan apapun selain sedikit penyesalan dan kebahagiaan yang menyeruak.

Jauh dibawah sebuah pohon rindang, berdiri dua orang yang menatap Mikasa haru. Wanita yang menurut siapapun telah bertahan hidup dari berbagai cobaan yang dialaminya.

Mikasa meletakkan seikat bunga mawar di atas batu nisan. Mencabut beberapa rumput yang panjang sembari merapalkan beberapa kata, ia mencoba berbicara pada sesuatu yang ada di dalam tanah.

Lima menit berlalu, senyum Mikasa kembali mengembang. Ia membaca ulang nama yang tertulis pada batu nisan itu.

"Petra Ral," sebut Mikasa seraya mengingat jasa wanita yang telah mendonorkan jantungnya.

Beribu-ribu dosa dan kejahatan Petra seakan hilang terhembus angin, kala wanita itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan berbuat baik.

Mikasa saja sampai tidak menyangka, ia bangun dari tidurnya yang cukup panjang dan langsung mendapatkan kabar bahwa kematiannya yang telah diprediksi batal.

Suatu kemustahilan, tapi setelah itu hatinya terasa senang karena jantung yang berdetak dalam tubuhnya adalah milik Petra.

Katakan ia jahat, sebab hal yang pertamakali Mikasa pikirkan bukanlah kebaikan Petra, melainkan dendamnya yang mulai ringan karena kepergian wanita itu.

"Mikasa! Ayo kembali!" Eren berseru dari bawah pohon.

Mikasa melambaikan tangannya. Dua orang yang ada dibawah pohon rindang itu adalah Eren dan putra kecil Mikasa yang berdiri disebelah pria itu.

Ia bersyukur, setidaknya ada satu alasan ia semangat untuk bertahan hidup. Almero Ackerman, nama putra kesayangannya yang berhasil menyempurnakan kebahagiaan Mikasa.

Almero yang adalah bagian dari masa lalunya perlahan membuat Mikasa sadar betapa berharganya masa depan. Ia harus tetap bertahan, menantikan dan melihat pertumbuhan putranya.

Senyum Mikasa kian merekah kala dua kaki mungil Almero berlari kearahnya.

"Hey, berhenti di sana anak nakal!" Tegur Eren saat melihat Almero berlarian dengan tidak seimbang.

"Kemari sayang!" Mikasa malah memanggilnya mendekat.

"Jalanan nya tidak rata, Mikasa! Itu membahayakan Almero," kini Eren balik menegur ibu bocah kecil itu.

"Kau terlalu mengkhawatirkannya," ucap Mikasa tetap tenang.

Eren hanya mendengus, berjalan menyusul Almero kearah Mikasa.

"Paman berjanji tidak akan membawamu ke restoran uncle Armin jika kau sampai terjatuh," ancam Eren.

Almero malah terkikik, sebentar lagi ia sampai di hadapan ibunya.

"Cepat sayang! Paman Eren akan menangkap mu," ujar Mikasa membuat langkah putranya semakin cepat.

"Hentikan Mikasa!" Tegur Eren panik.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang