45 (End)

635 62 10
                                        

~Setiap pertemuan, pasti akan ada yang namanya perpisahan. Tapi tidak setiap perjuangan, mendapatkan hasil yang memuaskan.~

Now playing [Olivia Rodrigo- good 4 you]

Selamat membaca✨
Jangan lupa vote, dan follow ya


Banyak orang mengatakan bahwa kebohongan adalah suatu dosa dan kesalahan yang sangat besar. Entah untuk alasan yang baik ataupun sebaliknya.

Begitu juga dengan Mikasa. Ia rela berbohong pada banyak orang tentang kebenaran bahwa Almero adalah darah dagingnya bersama Levi.

Ia tahu dirinya mengandung ketika berhasil melarikan diri dari sekapan Petra.

Mengingat bagaimana perjalanan hidupnya, dan apa saja yang telah ia lalui ketika ia membawa marga Ackerman, membuatnya takut jika suatu hari nanti Almero menjadi incaran banyak orang.

Apalagi ketika orang-orang tahu bahwa Almero adalah putra Levi, dan akan menjadi penerus utama klan Ackerman suatu hari nanti.

Semua itu menjadi alasan yang kuat kenapa Mikasa rela menutupi segala fakta tentang putranya. Baik di depan publik, maupun ayah kandung dari putranya sendiri.

"Apa maksud dari semua ini, bu?" Nada suara Levi berubah tajam ketika mendengar perkataan Kuchel yang menurutnya hanya bualan semata.

Bukannya marah, Kuchel malah tersenyum manis sembari merangkul bahu Mikasa yang sudah melemas mendengar perkataan wanita paruh baya itu.

"Ibu membayar sangat amat mahal untuk selembar tes DNA itu, semuanya menunjukkan hasil yang begitu memuaskan. Sesuai dengan apa yang ibu inginkan," kata Kuchel berbelit-belit.

Levi menggeleng dan merebut kertas yang Kuchel pegang.

"Mikasa?" Gumamnya setelah melihat seluruh hasil tes.

Tubuh Mikasa bergetar, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Ia bukan takut akan fakta yang terungkap, tapi lebih kepada Almero yang mungkin akan direbut darinya.

"Apa semua ini...... Benar?" Tanya Levi sendu, menatap teduh manik mata sang mantan kekasih yang hingga detik ini masih memiliki tempat tersendiri di dalam hatinya.

Mikasa hanya diam, tidak memberi jawaban apapun pada Levi. Sentuhan Kuchel di bahunya juga semakin lembut. Entah itu dorongan agar dirinya mau mengaku, atau wanita paruh baya itu mencoba untuk menenangkannya.

"Mikasa...."

"Iya," Potong Mikasa cepat, sembari mengangguk kuat. Air matanya jatuh tanpa ia sadari, hatinya lega meski belum dapat menerima semuanya.

Kuchel merengkuh bahu bergetar Mikasa, menyembunyikan wajah penuh air mata calon menantunya itu. Berbeda dengan Levi, dirinya hanya bisa terdiam kaku. Pandangannya kosong menatap lurus pada wajah Mikasa.

"Aku sengaja menyembunyikannya, aku sengaja tidak mengumbar identitas Almero pada siapapun. Termasuk kau, ayah dari Almero dan ibu...." Mikasa menatap wajah Kuchel, "Nenek dari Almero," sambungnya.

Jemari Levi bergetar kecil, "Apa.... Apa alasanmu melakukannya? Ak-aku.... Aku bahkan tidak mau berekspektasi tinggi tentang semua kebenaran ini,"

Mikasa mencoba meredakan tangisannya, menatap Levi yang matanya masih tertuju padanya.

"Masa laluku, semua hal yang telah aku lalui. Aku tidak mau anakku merasakan hal yang sama. Hidup dengan marga yang aku sandang saat ini saja sudah menjadi beban yang begitu berat, bagaimana jika suatu saat nanti seseorang mengincarnya? Aku bahkan tidak sanggup memikirkan itu," Mikasa menggeleng, mencoba menepis kemungkin-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang