21.

807 103 1
                                    

Sekecil apapun dendam itu, setiap manusia pasti memilikinya.

Hai, apa kabar readers?
Lama ya nunggunya? Sama aku juga, lama updatenya maksudnya :)
Hari ini aku bakal double up, tapi part 22 nya nyusul agak maleman.

Part ini didedikasikan khusus untuk Historia.

Mungkin bisa tinggalkan komentar atau vote kalian.

Selamat membaca ✨

Sebuah bangunan tua berdiri kokoh di tanah seluas satu dua hektar, arsitektur khas peradaban tahun sembilan puluhan itu seolah mengeluarkan pesonanya yang mampu membuat mata siapapun kagum.

Istana lama keturunan Reiss.

Historia berdiri tegap menatap rumah lamanya, tempat dimana ia dibesarkan hingga memilih untuk pergi dan berjanji tidak akan kembali lagi.

Kecuali hari ini, Historia mau tidak mau harus melakukan permintaan Mikasa. Sahabatnya yang kehilangan keadilan karena penghuni istana ini. Klan terbesar yang menjadi saingan utama keturunan Reiss dibantai habis olehnya. Siapapun tahu itu, namun tidak ada bukti untuk mengungkapkan kebenarannya.

Historia menghembuskan nafasnya berat, sungguh kakinya benar-benar sulit melangkah. Padahal bangunan tua di depan sana hanya berjarak kurang dari sepuluh meter. Tepat di depan pilar yang menjulang tinggi terdapat empat penjaga, Historia masih mengingat mereka.

Memastikan tekadnya sudah penuh, ia mulai melangkah. Perasaan was-was mulai menyerangnya akibat pikiran buruk yang terus berkelana, ia belum siap bertemu dengan ayahnya.

Bukan masalah takut, atau memikirkan kemungkinan akan di usir oleh sang ayah. Namun dirinya hanya gugup karena kejadian tidak mengenakan beberapa tahun lalu.

"Tuan putri, anda kah itu?" Ujar salah satu penjaga, menatap terkejut pada kedatangan Historia.

Historia tersenyum tipis, "Bagaimana kabar kalian?" Tanyanya ramah.

Keempat penjaga itu tiba-tiba saja menangis tersedu di bawah kaki Historia, ia terkejut dan reflek memegangi salah satu bahu penjaga tersebut.

"Apa yang terjadi?" Tanya Historia panik, menatap satu persatu wajah penjaga istana itu.

"Tuan putri, yang mulia raja.... Beliau tengah sakit, yang mulia menunggu anda menemuinya." Ujar salah satu penjaga dengan air mata berlinang.

Historia terkejut, hatinya merasa khawatir mendengar kabar tentang ayahnya. Meski dirinya terkesan acuh, namun ia tidak bisa berbohong jika ia kerap kali juga merindukan sosok ayahnya.

"Kenapa yang mulia raja bisa sakit? Apa yang terjadi?" Tanya Historia tidak dapat menutupi kekhawatirannya.

"Beliau mendapat serangan dari orang asing saat menghadiri pertemuan, namun berita itu tidak boleh di sebar." Jawab salah satu penjaga.

"Apa?!"

Historia terkejut bukan main, ia menggeleng tidak percaya dengan air mata yang mulai mengalir deras di kedua pipinya.

Mengabaikan keempat penjaga itu, Historia berlari masuk. Menghindari beberapa penjaga yang mencoba menahannya. Ia segera berlari menuju kamar ayahnya, tanpa sadar jika ia melupakan tujuan utamanya datang ke tempat ini.

Di ujung tangga, seorang pria berdiri tegap menatap tajam pada Historia. Gadis itu berhenti berlari dan membalas tatapan pria tersebut.

Reiner Reiss- kakak laki-lakinya tengah memandangi dirinya dengan tatapan menghunus, serta senyum miring yang tercetak di wajah tampannya. Pria itu menuruni anak tangga dengan perlahan.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang