40

497 81 16
                                    

Tidak mudah bagi siapapun memulai awal yang baru.

Selamat membaca ✨

Eren memelankan langkah kakinya saat dirinya berjalan menghampiri Mikasa. Setelah menidurkan Almero di kamarnya, ia memilih untuk menemani Mikasa yang sejak tadi lebih banyak diam.

Sedangkan Eren yang baru kembali dari urusannya dibuat bingung dengan sikap wanita itu. Namun sepertinya Mikasa belum mau menjelaskan apapun.

"Kau sakit, hm?" Tanya Eren pada Mikasa.

Mikasa menggeleng dan menatap sendu kearah Eren, "Almero sudah tidur?"

"Hm," jawab Eren mengangguk.

"Apa terjadi sesuatu saat aku pergi? Annie tidak mau mengatakan apapun," tanya Eren lagi.

Helaan nafas Mikasa terdengar begitu berat, "Aku tidak bisa menceritakannya sekarang, tapi memang ada sesuatu yang terjadi."

"Tentang Levi?" Tebak Eren cepat.

Mikasa mendongak menatap Eren, "Ya."

Jawaban Mikasa sepertinya berhasil membuat semangat Eren kembali hilang. Baru saja ia ingin berpikir positif tentang apa alasan Mikasa menjadi berdiam diri seperti ini, tapi sepertinya kemunculan Levi sukses membuat siapa saja memiliki banyak beban pikiran.

"Kita bisa pindah secepatnya, aku yakin setelah itu Levi tidak akan menemukan kita lagi." Usul Eren penuh semangat.

Mikasa menggeleng, "Kita sudah tidak punya waktu."

"Kenapa tidak? Kita bisa meminta bantuan Historia sekali-,"

"Apa kau begitu percaya pada apa yang Historia lakukan selama ini?" Potong Mikasa, membuat Eren mengerutkan keningnya bingung.

"Apa yang kau maksud? Kau mengira Historia mengkhianati kita?" Tanya Eren sedikit kesal.

Mikasa menggeleng, "Kau pasti tahu Reiner Reiss. Satu-satunya orang yang membocorkan informasi tentang keberadaan kita adalah pria itu, dan sialnya Levi juga mendapatkan banyak informasi dari Connie. Mantan karyawannya di perusahaan cabang,"

Eren terkekeh tidak percaya, "Kau terlalu mengada-ada, pria bernama Reiner itu hidupnya ada dalam genggaman Historia. Kau terlalu banyak berpikir,"

Mendengar Eren meremehkan dirinya, Mikasa hanya bisa tertawa dalam hati. Kemana perginya rasa percaya pria itu?

"Tapi kau melupakan satu fakta Eren, aku dan Levi itu sama. Koneksi kami ada dimana-mana, dan informasi sekecil apapun dapat kami temukan dengan mudah." Terang Mikasa sinis.

Eren terdiam, ia menyadari sesuatu dari perkataan Mikasa. Matanya meneliti wajah wanita itu hingga sudut bibir Mikasa menyunggingkan senyum remeh.

"Aku Mikasa Ackerman, dan nama itu akan terus aku gunakan sampai kapanpun. Besok ikutlah denganku, Eren. Levi mengajak kita kembali ke Jepang, ku harap kau bisa membantuku sekali lagi Eren."

-
-

Pesawat pribadi Levi mulai meninggalkan Amerika. Seperti biasa, seorang pramugari cantik datang dan menawarkan sesuatu kepada mereka.

Keadaan dalam pesawat yang diisi oleh Levi, Mikasa, Almero dan Eren membuat sekretaris pria dingin itu menggerutu dalam hati. Ia tidak senang saat bosnya dengan mudah membiarkan orang lain berada satu pesawat dengannya.

Lain lagi dengan Almero, bocah kecil itu malah terlihat santai duduk dalam pangkuan Levi setelah puas menangis meminta digendong oleh pria itu.

Mikasa yang sudah tidak tahan akhirnya dengan terpaksa memberikan Almero pada Levi, dan pria itu pun menuruti permintaan Almero dengan senang hati.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang