23

709 108 9
                                    

Salah paham adalah kesalahan terbesar pada suatu hubungan.

Double up malam ini, semoga yang rindunya berat bisa terasa ringan. Selamat malam selamat membaca.

Mungkin bisa tinggalkan komentar atau vote kalian ✨

Mata coklat Petra menatap haru pada kedatangan Levi, pria yang ia harapkan menjadi suaminya kelak itu menepati janjinya untuk mengantar kepergiannya. Meski dalam hati Petra merasa perih karena Levi baru mau menemuinya sesaat sebelum berpisah, tapi ia tidak mau egois hanya karena masalah kecil itu.

Menatap pada Levi yang langkahnya semakin mendekat, pria itu datang dengan kemeja putihnya dan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Petra terpesona, bahkan sejak pertamakali ia bertemu dengan pria itu.

"Kau datang," ucap Petra tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya.

Levi hanya mengangguk, tanpa berminat menjawab apapun.

"Apakah tidak merepotkan?" Tanya Petra lagi.

Levi menggeleng, "Ku rasa tidak,"

Jawaban acuh Levi membuat hati Petra sedikit teriris, namun menekan semua keegoisannya ia hanya mengukir senyum tipis.

"Aku akan merindukanmu, kak." Ujar Petra sedih, menatap Levi dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak perlu, itu sangat merepotkan." Tolak Levi datar.

Petra tersenyum lirih, "Itu wajar untukku, aku masih mencintaimu."

"Itu juga tidak perlu," ucap Levi masih sama datarnya.

"Aku masih mengharapkan mu,"

"Itu hal yang sia-sia,"

"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu,"

"Jadi kapan kau akan berangkat?" Tanya Levi dengan dahi berkerut.

Petra tersenyum tipis melihat wajah kesal Levi, "Dua menit lagi,"

"Harusnya kau sudah bersiap sejak lima belas menit yang lalu,"

"Aku meminjam pesawat pribadi milik ayahku,"

Keduanya lantas saling terdiam, perpisahan macam apa ini? Tidak ada tangis tak rela melepas, bahkan sekedar pelukan perpisahan sepertinya tidak berlaku bagi keduanya. Petra masih menatap Levi, sedangkan pria itu berulangkali mengecek arlojinya.

"Dua menit,"

"Ku harap saat aku kembali, kau telah berubah pikiran kak." Ucap Petra menatap penuh harapan pada Levi.

Levi mendesah berat, "Itu doa yang sulit terkabulkan,"

Petra terkekeh, "Tidak masalah, aku akan terus berusaha. Baiklah, terimakasih karena sudah menyempatkan diri untuk mengantarku, umm.... Aku.... Aku akan berangkat sekarang."

Levi mengangguk, "Hati-hati,"

Membalas ucapan Levi dengan senyuman, Petra berjalan menjauhi pria itu sembari melambaikan tangannya. Kini hatinya sarat akan beban dan rasa sakit, mendapati kenyataan bahwa perpisahan sekalipun tak membuat Levi lantas menginginkannya.

Sebagai seorang pria, Levi tentu merasa telah menjadi bajingan. Manakala seorang wanita menaruh hati padanya sedangkan ia tidak dapat membalas perasaan itu.

Di sisi lain, Levi menyadari ada sebuah perasaan aneh setiap hal yang menyangkut Mikasa. Gadis bersurai hitam yang beberapa bulan ini ia kenal. Tidak mungkin ia jatuh cinta, karena menurutnya cinta itu semacam hubungan sepasang kekasih atau ikatan keluarga.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang