14

924 129 8
                                    

Ku kira perasaan kita sama.

Double up kan janjinya? Ini nih✨

Selamat membaca.

Bau obat-obatan menjadi udara yang Levi hirup malam ini, jauh dari dugaannya yang mengira jika ia akan menghabiskan sepanjang malam dengan menikmati tebaran bintang sembari menyesap alkohol. Rencananya untuk mabuk memang tidak pernah mulus, hingga sempat terlintas jika teh memang satu-satunya minuman yang boleh ia konsumsi. Sial.

Seorang pria berjubah putih mendekat kearahnya, Levi tahu jika itu adalah seorang dokter. Mengonfirmasikan bahwa Mikasa hanya kelelahan, dan mencapai batas waktu dirinya boleh berkerja.

Levi sempat bertanya, ada apa? Kenapa dan kapan Mikasa mulai memiliki kebiasaan membatasi dirinya berkerja karena mudah lelah.

Tapi dokter itu hanya diam, enggan memberikan jawaban dan berujung membuat Levi meremas rambutnya frustasi. Sebab ini bukan kali pertama gadis itu jatuh pingsan karena lelah berkerja, dan untungnya Mikasa mengalami itu saat berada di sekitarnya. Bagaimana jika ia sampai jatuh pingsan saat di toilet? Kamar? Atau bahkan di tempat yang tak dapat Levi jangkau? Memikirkannya saja membuat Levi menahan sesak.

"Wah, aku pingsan lagi." Kekeh Mikasa, saat Levi menjenguknya di dalam ruangan rawat.

Levi berdecih, apakah kebiasaan pingsan itu menyenangkan bagi Mikasa?

"Maaf merepotkan mu lagi, Pak Levi. Aku benar-benar tidak menyangka akan pingsan karena kelelahan," ujar Mikasa lembut, merasa banyak berhutang budi pada bosnya.

"Tidak masalah, tapi aku punya satu pertanyaan untukmu." Ujar Levi dingin.

Mikasa mengerjapkan matanya lucu, "Apa itu?"

"Penyakit apa yang sedang kau sembunyikan dariku?"

Hening.

Mikasa terdiam, begitupun dengan Levi. Mereka sama-sama berkelana dengan pemikiran masing-masing. Terutama Mikasa, ia bingung harus menjawab apa. Karena pertanyaan Levi sama sekali tidak bisa dijawab olehnya.

"Aku hanya mudah lelah,"

"Selain itu?"

"Tidak ada, hahaha.... Kenapa kau jadi sangat penasaran seperti ini?" Kekeh Mikasa datar, namun Levi masih belum mempercayainya seratus persen.

"Ku rasa dokter sudah memberitahu mu tadi, apa yang dia katakan?" Tanya Mikasa.

Levi menggeleng, "Tidak ada,"

Senyum Mikasa mengembang, ia menarik tangan Levi membuat tubuh pria itu lebih dekat dengannya.

"Kenapa kau begitu agresif?" Tanya Levi heran, Mikasa terkikik. Namun masih terus mengikis jarak diantara mereka.

"Aku ingin berbisik," ujar Mikasa tersenyum manis.

Levi mengernyitkan keningnya, "Katakan saja,"

Mikasa menarik lagi lengan Levi, kini pria itu mencondongkan badannya lebih dekat. Mengarahkan telinganya ke bibir Mikasa.

"Aku menyukaimu,"

-
-

Hari kedua di Bali.

Hari ini Mikasa tidak perlu ikut ke Jimbaran, hanya Levi seorang yang pergi.

Sebenarnya Mikasa bingung, hal apa yang harus ia lakukan selama pria itu pergi. Sejak dua jam yang lalu ia telah menghabiskan waktu dengan mengganggu Historia berkerja, lalu di lanjutkan dengan menelpon Eren.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang