38

402 68 21
                                    

Ternyata begini ya, saat rasa sakit yang tidak terlihat lebih merepotkan.

Selamat membaca ✨

Eren menatap tidak suka pada sosok Levi yang berdiri tegap di depannya. Ia telah mengambil alih Almero dari gendongan Levi.

Kecurigaannya ternyata benar saat bocah kecil itu tak kunjung kembali dari toilet, dan ia malah bertemu dengan Levi bahkan berada di gendongannya.

Mendapatkan tatapan tidak ramah dari Eren, Levi hanya bisa membalasnya dengan tatapan datar. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun, tapi sebaliknya ia malah merasa kesal saat tahu bahwa bocah yang tadi menabraknya adalah anak Eren.

"Lama tidak bertemu," sapa Levi malas, ia hanya melakukan formalitas agar tidak terlihat sombong.

Eren mengangguk, "Ya, lama tidak berjumpa. Kenapa bapak ada di sini?" Tanyanya menggunakan bahasa Inggris.

Dahi Levi berkerut, ia merasa sedikit heran dengan bahasa yang Eren gunakan.

"Ada pekerjaan yang aku lakukan, kenapa dengan bahasa yang kau gunakan?" Tanya Levi bingung.

Eren terlihat enggan menjawab, "Ah saya hanya terbiasa berbahasa Inggris di sini," jawabnya dengan bahasa Jepang.

Levi mengangguk, matanya lantas melirik anak yang di gendong oleh Eren. "Anakmu?"

Eren mengikuti arah pandang Levi, dan dengan reflek ia mengangguk membuat Levi ber oh ria di tempatnya.

"Tolong lebih perhatikan kemana saja dia pergi, aku takut dia akan terjatuh karena menabrak sesuatu." Pesan Levi tulus.

"Tentu saja," jawab Eren dingin.

Percakapan mereka berakhir di sana, tangis Almero mulai terdengar kala sosok Levi menghilang dari balik tembok. Eren panik dan berusaha menenangkan bocah itu, tapi tubuhnya mendadak kaku saat tangis Almero semakin kencang dan memanggil-manggil ayah sembari mengulurkan tangannya.

-
-

Tiga hari setelah kejadian bertemunya Eren dan Levi di restoran, perasaan khawatir masih terus menghantui Eren. Ia takut jika tiba saatnya nanti Levi tahu siapa sebenarnya Almero, dan mengambil Almero dari Mikasa.

Katakan Eren berlebihan, tapi Eren hanya tidak mau Mikasa kembali pada sosok pendiam yang membuat siapapun takut berada di dekatnya.

Almero si bocah kecil itu menjadi satu-satunya sumber kekuatan dan semangat bagi Mikasa, dan Eren akan melakukan apapun untuk membuat bocah itu tetap berada di samping sahabatnya.

"Sepertinya susu yang biasa Almero minum tidak ada di sini, haruskah kita mencari ke tempat lain?" Tanya Eren pada Mikasa.

Mereka kini ada disebuah supermarket di dekat rumah Mikasa, karena diluar hujan cukup lebat keduanya memilih untuk berbelanja di supermarket seadanya.

"Kita bisa membeli merk lain, asal formula dan susunya untuk umur anak seusia Almero." Kata Mikasa santai.

Eren hanya mengangguk. Hawa dingin dan udara sejuk membuat Almero tertidur pulas digendongan Eren, bocah itu tertidur sembari menyesap jarinya sendiri. Jika saja Almero tidak hiperaktif saat sedang bangun, Eren bersumpah akan memainkan pipi gembul nya hingga merah.

Bruk

"Kus-, pak Levi?" Pekik Eren terkejut, ia baru saja ingin mengumpat saat tak sengaja menabrak tubuh seseorang. Tapi karena menyadari orang itu adalah Levi, niat buruknya pun ia urungkan.

"Oh, kau? Kita bertemu lagi," sapa Levi dengan wajahnya yang super datar, sangat berbanding terbalik dengan nada bicaranya yang memaksa untuk ramah.

Eren hanya bisa menghela nafas berat, ia kesal sekali karena bertemu dengan Levi di tempat seperti ini.

You Deserve MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang