❝ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ O4 ❞

50.7K 6.7K 772
                                    

"Tumben banget minta jemput?"

Alyssa terkekeh menggemaskan. "Gak ada yang nganterin gue kesekolah. Kak Gara gak ngerasa direpotin kan?"

Sagara berdehem. "Daffa kemana?"

"Oh itu, Kak Daffa demam."

Pasti karena kemaren, batin Sagara.

"Yaudah. Kuy berangkat."

.

.

.

"Lho? Sagara?"

Sagara tersenyum sopan. "Halo tante, Daffa nya ada?"Tanya Sagara.

Hanny mengangguk. "Daffa ada dikamarnya, dia lagi sakit."

Sagara mengangguk. "Saya mau ngejenguk Daffa tante, boleh?"

Hanny mengangguk sambil tersenyum. "Boleh kok."

"Biar saya aja tante yang bawa nampannya, sekalian biar saya suapin Daffa nya."

.

.

.

Sagara perlahan ngebuka pintu kamar Daffa. Pas pintu benar benar kebuka, dia bisa liat Daffa yang lagi tidur sambil dibalut sama selimut tebal, belum lagi ada bye bye fever yang nempel dikeningnya.

"s , sag , gara?"

Sagara nyunggingin senyumnya pas Daffa nyebut namanya.

Sagara ngedeket kearah Daffa, terus dia naro nampan berisi semangkuk bubur, segelas air dan beberapa butir obat itu di nakas.

"Makan dulu."

Daffa menggeleng lemas. Dia terlalu lemes buat sekedar ngomong.

"3 suap aja. Seenggaknya, perut lo keisi makanan."

Daffa diam, kayak apa yang dibilang sama Sagara.

Sagara dengan telaten nyuapin Daffa, setelah Daffa ngerasa kenyang, Sagara ngasih Daffa obat.

Daffa menatap Sagara, kemudian berdehem pelan. "Sagara, thank you."

Senyum Sagara mengembang, jarang jarang dia liat Daffa yang keliatan kalem dan gak ganas kayak biasanya.

"Sama sama. Sekarang bye bye fever lo harus diganti."Ujar Sagara sambil membuka kemasan plaster itu.

Tangan besarnya gerak nyentuh dahi Daffa, pandangan Daffa gak lepas dari Sagara yang keliatan telaten banget bantuin dia.

"Gue tau gue ganteng. Tapi bisa kan natap gue biasa aja?"

Daffa dengan cepat mengalihkan pandangannya, sedikit gugup tentunya.

Sagara tersenyum gemas. Telapak tangannya bergerak menyusuri wajah Daffa.

Mengecek apa tubuh Daffa masih panas atau tidak.

"Gak usah pegang pegang."Daffa menatap Sagara sedikit galak, iya sedikit.

Sagara menatap Daffa dengan tatapan songongnya. "Gue cuma mau ngecek suhu tubuh lo aja. Gue juga punya pikiran kali, masa nganuin orang yang lagi sakit?"

Daffa diam. Masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Sagara. Tapi beberapa detik kemudian, matanya membola kaget.

"MAKSUD LO APAAN SIALAN!"

.

.

.

Satu jam berlalu, tapi Daffa masih menatap Sagara dengan tatapan tajamnya. Seolah olah, kulit Sagara akan mengelupas saking tajamnya tatapan Daffa.

"Gue kan udah minta maaf. Lagian cuma bercanda. Kenapa lo masih natap gue kayak gitu sih?"Tanya Sagara heran.

Daffa mendengus. "Lo itu ngeselin pake banget! Males gue ngomong sama lo, emosi mulu gue."

Sagara menganggukan kepalanya tak peduli, pandangannya masih terfokus pada layar ponselnya.

Hening melanda. Keduanya sibuk dengan kegiatannya masing masing. Sagara yang sibuk mengobrol dengan entah siapa melalui ponselnya, dan Daffa yang sibuk dengan lamunannya.

Ditengah tengah lamunannya, Daffa merasakan kalau ia ingin buang air kecil.

Daffa bimbang, ia masih lemas untuk sekedar berjalan kekamar mandi yang jaraknya hanya sekitar 15 langkah dari ranjangnya, tapi jika ia meminta bantuan pada Sagara, ia tidak mau.

Gengsi.

Sagara yang awalnya fokus pada layar ponselnya, seketika menolehkan kepalanya karena merasa ada yang menusuk nusuk lengannya.

Siapa pelakunya? Ya oknum yang bernama Aldaffa Pradipta Maheswara.

Sagara menatap Daffa bertanya tanya. Sekarang Daffa tengah menatapnya dengan tatapan yang mirip seperti kucing yang minta dipungut.

"Mau minta tolong."Ucapnya. Sagara mengangkat alisnya.

"Bukannya tadi lo bilang, lo males ngomong sama gue?"Tanya Sagara.

Daffa menatap Sagara kesal. Sudah ancang ancang mau nyerocos, tapi ditahan Sagara.

"Iya iya. Mau minta tolong apa adik manis?"Tanya nya lembut.

Tatapan Daffa kini berganti menjadi tatapan geli. "Ewh."Cibirnya.

Sagara menatap Daffa datar. "Cepetan mau minta tolong apa?"

Jemari lentik milik Daffa bergerak menunjuk kearah kamar mandi yang ada dikamarnya. "Mau ke kamar mandi."Rengeknya.

Dalam hati Sagara tertawa gemas. "Yaudah, sini gue bantu."

Daffa pun mengikuti apa yang Sagara katakan.

.

.

.

Sagara mendudukan Daffa di kloset yang tertutup.

"Mau gue tungguin?"Tanya Sagara sambil menatap Daffa.

Daffa menggeleng ribut. "Gak usah, udah sana keluar!"

Sagara tetap keukeuh untuk tidak keluar dari kamar mandi. "Sini biar gue bantu."

Telinga Daffa perlahan memerah. "Bangsat, keluar gak lo?"Marahnya.

Sagara terkekeh geli. "Iya iya. Galak banget sih lo."

Sagara melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi. Sebelum benar benar keluar, Sagara berhenti dan membalikan badannya menghadap Daffa.

"Kalo lo mau mandi, biar gue mandiin."

Wajah Daffa total memerah. "SAGARA BANGSAATTTT!! KELUAR LO DARI KAMAR GUE!!!"

TBC

Hello Future [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang