❝ ᶜʰᵃᵖᵗᵉʳ 28 ❞

23.9K 3.8K 330
                                    

"Jelasin ke bunda. Kalian ada hubungan apa?"

Daffa sekarang lagi diintrogasi sama Hanny. Daffa juga gak tau kenapa Hanny udah pulang aja dari Shanghai.

Alyssa juga gak ngasih tau Daffa.

Daffa bingung. Daffa harus gimana sekarang? Berusaha untuk ngelak? Tapi apa yang Hanny liat itu, jelas banget.

Come out? Taruhannya itu perasaannya. Dan yang pasti, Hanny gak bakal biarin Daffa ketemu lagi sama Sagara.

"Pacaran. Daffa sama Sagara itu pacaran."Jawab Daffa pada akhirnya.

Ekspresi wajah Hanny udah gak karuan banget, bikin Daffa jadi panik. "Kamu masih waras kan, Aldaffa?"Tanya Hanny dengan rahang mengeras.

"Masih banyak perempuan cantik yang melajang, tapi kamu malah milih cowok? Yang bahkan kamu tau sendiri, kalo bunda gak suka hubungan seperti ini?"Tanya Hanny gak habis pikir.

Daffa berdiri dari duduknya. "Justru karena Daffa masih waras, Daffa nyari kebahagiaan yang Daffa gak dapetin dari bunda."

Disisi lain, Alyssa udah takut, panik, pengen nangis aja rasanya liat Daffa berantem hebat sama Hanny.

Waktu Daffa sama Alyssa masih kecil, mereka sering liat Papa sama Bundanya berantem. Ya mungkin itu juga jadi sebuah trauma.

"Daffa udah dewasa, bunda. Daffa bisa nentuin hidup Daffa sendiri. Bunda gak punya hak soal itu."Balas Daffa.

Hanny menghela nafas kasar. "Bunda gak ngajarin kamu buat berkelakuan kurang ajar sama orang tua!"

Daffa ngeremat rambutnya frustasi. "Tapi bunda sendiri yang bikin Daffa kurang ajar sama bunda!"

"Tapi apa yang bunda bilang itu adalah yang terbaik buat kamu!"

Nafas Daffa mulai gak stabil. "Yang terbaik apa!"Bentak Daffa.

"Disaat kayak gini, disaat Daffa udah nemu seseorang yang lebih baik daripada bunda sama papa. Bunda malah berusaha buat misahin Daffa sama dia."

"Bukannya semua orang tua itu ingin anaknya bahagia? Tapi Bunda engga. Bunda malah ngehalangin anaknya menuju kebahagiaan."Daffa tertawa sarkas.

Sedikit cerita soal Daffa dan keluarganya, Papanya Daffa pergi ke Shanghai dan nikah lagi itu karena udah muak terus - terusan berantem sama bundanya Daffa.

Mereka berdua itu selalu beda pendapat. Apalagi tentang ngurus anak. Hanny selalu memaksakan kehendaknya pada anak anaknya, sedangkan papanya Daffa lebih cenderung biarin anaknya milih sendiri pilihan yang dikasih.

"Bunda mau kamu bahagia. Tapi engga sama Sagara. Kalian berdua sama sama laki laki! Gimana nanti hubungan kalian kedepannya hah? Kalian gak bakal bisa punya anak! Kalian belum tentu diterima sama masyarakat! Kamu mikirin itu gak sih, Aldaffa Pradipta?"Tanya Hanny.

Daffa berdecih. "Daffa mikirin itu kok. Dan Daffa juga udah tau, apa yang harus Daffa lakuin nanti."

"Daffa jadi tau banget sekarang, kenapa Papa lebih milih pergi ke Shanghai dan nikah lagi sama orang lain. Karena Papa udah muak sama bunda. Udah muak sama kepribadian bunda yang kayak gini."Lanjutnya.

PLAK!

"Jaga bicara kamu! Sekarang ini kamu lagi bicara sama ibu kamu!"

"Semenjak kamu kenal sama anak itu, kamu jadi kurang ajar sama bunda. Dia bahkan bikin kamu jadi gay kayak gini, Menjijikan."

Daffa bener bener naik pitam sekarang. "Bunda itu ibu yang buruk. Gak pernah ngertiin gimana perasaan anaknya. Bunda itu egois!"

"Bunda berusaha untuk terlihat jadi ibu yang baik. Supaya Papa tau kalo bunda gak gagal ngedidik kedua anaknya. Tapi nyatanya? Nol besar. Papa ketawa liat bunda kayak gini."

"Jauhin Sagara. Dan perbaiki kelakuan kamu."Titah Hanny tetap pada pendiriannya, menjauhkan Daffa dari Sagara.

Daffa ngegeleng. "Gak bakal."Daffa jalan kearah tangga.

"Aldaffa!"Teriak Hanny pas liat Daffa naik tangga.

"Apa!"Nada suara Daffa meninggi.

"Jauhin Sagara! Putusin dia! Kalo kamu gak nurut sama apa yang bunda bilang,






bunda bakal kirim kamu ke Shanghai."

TBC
ini gak jelas banget sih, beneran.

Hello Future [DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang