Kegiatan di sekolah ini bener bener menguras tenaga Daffa. Daffa menghela nafas berat. Berada ditingkat akhir sekolah menengah atas memang membuatnya stres belakangan ini.
"Gak usah murung gitu. Ini kan salah satu usaha kita semua buat masuk ke univ yang kita mau."
Devan duduk disamping Daffa, menyodorkan sebotol minuman pororo rasa blueberry pada Daffa.
"Makasih."Ucap Daffa sambil menerima minuman itu dengan senang hati.
Devan duduk disebelah Daffa. "Lo kenapa dah? Aneh banget. Gak biasanya lo kayak gini."
Daffa menghela napas. "Gini Van. Lo tau kan kalo Alyssa lagi dideketin sama cowok?"
Devan nganggukin kepalanya. "Gue tau. Yang alumni itu kan? Namanya Sagara?"
Daffa nganggukin kepalanya. "Lo tau gak sih. Dia itu suka sama Alyssa, dia juga dari awal ngotot banget pengen deketin Alyssa."
"Tapi belakangan ini, dia aneh banget. Dia malah lebih sering nemuin gue dari pada nemuin Alyssa. Dia juga lebih sering ngajak gue jalan, dari pada ngajak Alyssa jalan."Lanjut Daffa.
"Kira kira dia kenapa ya?"Tanya Daffa.
Kepala Devan ngedongak keatas. "Dia suka sama lo kali."
"HAH? ANJIR! AMIT AMIT!"
.
.
.
Kali ini, Daffa pulang sendiri. Alyssa pulang bareng temen temennya, sekalian persiapan buat olimpiade.
Alyssa makin sibuk ngurusin olimpiade yang bakal digelar 2 minggu lagi. Sedangkan Daffa makin sibuk mempersiapkan diri buat ikut ujian kelulusan yang bakal digelar 1 bulan lagi.
Daffa memacu motornya keluar dari area sekolah.
.
.
.
Leon menatap Sagara bingung. Temannya ini tidak ada henti hentinya menatap keluar jendela café.
"Lo ngape sih anjir dari tadi lo liat keluar café mulu, emang ada apaan si?"Tanya Leon penasaran.
Sagara mengetuk ngetukan jemarinya pada meja. "Lo tau Daffa kan?"
Leon ngangguk. "Kakaknya Alyssa? Yang sering lo ceritain ke gue?"
Sagara menyibak rambutnya kebelakang. "Gue nungguin dia. Alyssa bilang, kalo Daffa sering ke café ini abis pulsek."
Bibir Leon terbuka lebar. "Oalah anjir, pantesan lo aneh banget ngajak gue ke café ini. Padahal lo seringnya ngajak gue ke sbux deket kampus."
Letak café yang biasa Daffa kunjungi itu emang gak jauh dari sekolah. Palingan sekitar 100 meter dari sekolah.
Café ini juga deket sama halte bis. Jadi gak heran kalo banyak yang dateng kesini buat sekedar pesen minuman sambil nunggu bis tujuannya.
"Itu dia."Sagara menunjuk Daffa yang sedang, eum entah apa yang akan dilakukan Daffa sekarang.
Sagara dan Leon menatap Daffa yang baru saja memakirkan motornya di pinggir jalan. Padahal sekitar 30 meter dari tempatnya sekarang ada parkiran café.
"Dia mau ngapain?"Tanya Leon entah pada siapa.
Ternyata, Daffa membantu seorang nenek yang kesulitan untuk menyebrang jalan.
Tak lupa Daffa juga berlaku sangat sopan pada nenek itu, Daffa tanpa terpaksa memperlihatkan senyum manisnya.
"Gue kira dia gak peduli sekitar."
Leon menatap Sagara penuh tanda tanya. "Kenapa lo bilang kayak gitu."
"Menurut gue. Dia orangnya cuek, galak, tegas, sama pendiem tapi perhatian. Tapi kayaknya, setelah gue kenal dia secara lebih dekat, banyak penilaian gue tentang dia itu salah."Jelas Sagara.
Leon menganggukan kepalanya. "Jangan menilai orang dari luarnya. Kalo lo penasaran, kenapa gak coba buat mendekatkan diri? Bukannya itu bikin lo lebih mudah deket sama Alyssa?"
Sagara terkekeh dengan tampannya. "Gue berubah pikiran yon."
Leon menatap Sagara tidak mengerti. "Lo gak bakal deketin Alyssa?"
Sagara mengangguk. Kemudian tatapannya terkunci pada Daffa yang baru saja masuk kedalam café itu.
Sagara menyunggingkan senyumnya saat melihat Daffa. Leon juga ikut menatap Daffa.
"Cakep bat, pantesan adek nya aja cantik gitu."gumam Leon.
"Gue gak bakal deketin Alyssa mulai sekarang."Celetuk Sagara. "Terus?"Tanya Leon dengan satu alis terangkat.
"Gue mau deketin Daffa, yon."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Future [DITERBITKAN]
FanfictionSagara awalnya mau deketin satu perempuan. Tapi disaat dia udah serius buat deketin dia, ada satu orang yang bikin dia lupa sama tujuan awalnya. warn!bxb!lokal visualisasi bisa seliar mungkin was in [17/06/21] #1 seme [20/06/21] #2 boyslove [21/06/2...