Chapter 35

657 51 2
                                    

Vannia

Gue paham yang namanya menyetir sambil menangis penuh emosi dan fikiran yang kalut bukanlah hal yang baik, namun sial nya air mata ini sama sekali tidak bisa di ajak kompromi barang semenit pun untuk berhenti, alhasil gue berkali kali berhenti menepikan mobil sejenak hanya untuk menarik nafas dan berusah sekuat tanaga untuk tenang demi bisa selamat sampai ke rumah.

Sesampai nya dirumah tujuan gue hanya satu yaitu kamar untuk menenangkan diri, berfikir jernih, menghilangkan emosi dan tidur. Ya tidur gue masih berfikir apa semua ini hanya mimpi? Segala hal indah yang datang secara berkala dihidup gue dan berhasil membuat gue merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia hancur dalam semalam.
Menatap langit-langit kamar, gue kembali mengingat segala kilas balik yang gue dan vinno alami hampir setahun ini. Seberapa benci nya gue kepada vinno dijumpa pertama kami, yang sekarang justru membuat gue begitu mencintai lelaki ini. Setahun sudah gue menyakinkan hati untuk memilih berjalan bersama dengannya. Tanpa dalih sedikit pun, bahkan dengan kukuh nya gue begitu percaya dan menyamping kan segala kemungkinan yang begitu gue takuti akan menghampiri kami, yang nyata nya terjadi saat ini.
Gue marah, kecewa, ternyata vinno memiliki banyak hal yang belum gue ketahui bahkan dihatinya bukan hanya gue, masih ada sisa sisa sang mantan calon istri nya yang tertinggal disana yang dijaga dengan baik. sehinga terbukti ketika dya datang kembali, tempat dihati vinno masih ada untuk nya, yang membuat vinno berbohong ke gue demi masa lalu nya yang ternyata belum selesai. Demi apa pun gue akan bahagia ketika orang yang yang gue sayangi bahagia, tapi gue engga mau sakit sendirian, jika bahagia nya vinno ada ditempat lain, maka gue juga harus bahagia untuk diri gue sendiri.

Alvinno

Sudah hampir seminggu gue masih belum bisa bicara dengan vannia terlihat jelas kalau dya mengindari gue sejak hari itu, meskipun gue berusaha untuk meghubungi nya dan menjelaskan semua nya tetap saja vannia masih sulit untuk di ajak duduk bersama dan bercerita. Gue paham betul apa yang gue lakukan membuat nya marah besar, tapi demi apapun segala hal yang terjadi kemarin tidak dapat gue elakkan.
Hampir seminggu ini juga diandra turut ambil andil di hari-hari gue, meskipun berkali kali gue tolak, dan menyuruh nya menjauh, namun sifat gigih dan ambisus nya memang sudah mendarah daging sejak dulu, yang membuat nya kembali datang dan membuat gue lelah untuk menarik urat setiap hari kepadanya. Alhasil hampir seminggu ini gue justru lebih banyak bersama diandra, persis sperti beberapa tahun lalu, melakukan hal hal yang sering kami lakukan bersama. Ini bukan hal yang benar dan gue sadar itu, namun jujur melihat diandra yang hadir kembali saat ini sperti mimpi yang begitu gue idam idam kan dulu. Ada rasa puas dalam diri gue namun, ada perasaan kosong didalam hati ini terutama untuk vannia.

" kapan kamu akan pulang ke paris diandra? Ini sudah seminggu"

Tanya gue pada diandra ketika kami sedang makan siang bersama.

"hm..... sebenarnya semenjak seminggu yang lalu aku sudah berniat pulang, namun melihat reaksi vannia membuat aku berfikir untuk disini lebih lama"

Jawab diandra dengan santainya, masih sambil menyendok makanan kedalam mulutnya.

"ini semua karena kamu diandra, kamu berbohong pada saya"

Jawab gue dengan menatap perempuan ini tajam dan telah siap untuk kembali beradu urat dengannya.

"oh.. allvinno... kamu lihat sikapnya? Ini hampir seminggu dan dya tidak melakukan apa apa, justru seminggu ini malah aku yang selalu ada di sisi kamu, jadi menurut kamu apa dya benar-benar cinta kamu?"

" jaga bicara kamu diandra, vannia tidak seperti yang kamu fikirkan dan saya tau itu"

Tampak diandra menyudahkan makannya dan menyinggung kan senyum seolah mengerti bahwa gue sudah terpancing emosi.

Untuk kamu Vannia & VinnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang