Selamat membaca....
Jenazah Papa Farhan sudah dibawa pulang ke rumah. Zacky, Zae, dan Dewa sibuk menyiapkan segala keperluan untuk acara pemakaman besok.
Malam semakin larut. Suasana rumah dipenuhi oleh tangis Mama Indah dan juga Zee. Ada Lala dan ibunya juga yang menemani Mama Indah dan Zee di ruang tamu di dekat jenazah Papa Farhan.
Zacky duduk di salah satu kursi plastik berwarna tosca yang ditata berjejer di halaman rumah yang sudah terpasang tenda. Kepalanya menunduk. Kedua sikunya ia tumpukan ke atas pahanya dan wajahnya ia telungkupkan ke atas kelapak tangannya.
Dewa yang baru selesai memberi kabar duka atas meninggalkanya Papa Farhan kepada Papa Haidar, melangkah mendekat dan duduk di kursi yang berada di sebelah Zacky.
"Lo harus ikhlaskan Om Farhan," ucap Dewa sembari menepuk pelan bahu Zacky.
Zacky mendongak ketika merasakan tepukan serta remasan pelan di bahunya. Ia menatap Dewa sedih. Tak ada tatapan tajam dan datar seperti biasanya.
Zacky menghela napasnya berat, lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia menatap lurus ke depan.
"Gue masih merasa kalau semua yang terjadi hari ini mimpi, Wa," lirih Zacky.
"Gue masih belum percaya kalau Papa udah pergi ninggalin kita semua secepat ini."
Zacky kembali menunduk. Ia menatap tautan kedua tangannya yang berada di atas pangkuannya. "Gue merasa bersalah sama Papa. Gue belum bisa bahagiakan beliau."
Dewa melepaskan rangkulannya dari bahu Zacky, lalu menggeser posisi kursi yang ia duduki. Ia mengubah duduknya agar bisa leluasa menatap Zacky.
"Apa yang membuat lo merasa bersalah?"
Zacky masih diam tertunduk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Apa ini ada kaitannya dengan permintaan terakhir Om Farhan?"
Zacky mengangguk pelan yang membuat Dewa menyugar rambutnya.
"Sekarang lo menyesal dengan pernikahan dadakan lo dengan Lala?" tanya Dewa geram.
Zacky mendongak dan menatap Dewa. Ia menggeleng cepat agar Dewa tak salah paham dengannya.
"Lalu?"
Zacky menghela napasnya lagi. matanya menyisir ke sekitar untuk menghindari tatapan Dewa.
"Harusnya Papa bisa ikut berdiri di atas pelaminan saat acara resepsi gue dan Lala suatu hari nanti," ucap Zacky lirih, lalu kembali menoleh ke arah Dewa.
Dewa menepuk bahu Zacky pelan. "Rezeki, jodoh, maut ... semua udah ada yang mengatur. Lo enggak boleh menyalahkan diri lo dan merasa terus bersalah seperti ini."
Zacky menggeleng. "Enggak, Wa. Di sini gue juga salah. Andai saja gue enggak gila kerja--"
"Enggak akan berpengaruh, Zack," potong Dewa cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
RandomYang dadakan bukan hanya tahu bulat, tapi menikah juga bisa dadakan seperti yang dilakukan oleh Zacky dan Lala. Sahabat dari Dewa itu menikahi sekretarisnya karena suatu kondisi yang memaksanya untuk melakukan pernikahan segera. Penasaran dengan kis...