36. Andai Saja...

5.6K 373 27
                                    

Selamat Membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca...

Setelah mendapat kabar dari Zee tentang istrinya, perasaan Zacky mulai cemas. Tanpa membuang banyak waktu, ia segera pergi menuju apartemen miliknya. Beruntung jarak antara apartemen Zee dengan apartemennya dekat sehingga tak perlu memakan waktu lama.

Dengan napas yang tersengal-sengal, Zacky berdiri di depan unitnya. Ia segera menekan kombinasi angka untuk akses masuk ke dalam unitnya.

"Di mana Lala?" tanya Zacky sembari terus berjalan mendekati Zee yang berdiri mematung di depan pintu kamar. Gadis itu masih terlihat terkejut. Ia tak menyangka jika abangnya akan sampai ke unit tersebut secepat itu.

"Ini beneran Bang Zacky 'kan?" pertanyaan bodoh keluar dari mulut Zee karena masih belum percaya dengan keberadaan abangnya di unit tersebut.

Zacky yang mendengar pertanyaan dari Zee hanya mendengus sebagai jawabannya.

"Mana Lala?" tanya Zacky tak sabaran.

"Alhamdulillah, ternyata beneran abangku," ucap Zee lega setelah melihat sikap tak sabaran Zacky yang sudah keluar.

"Kalau bukan abangmu, terus siapa? jin?"

Zee menggaruk kepalanya sambil cengar-cengir menatap Zacky. Sejenak, gadis itu melupakan kekhawatirannya akan kondisi Lala saat ini.

"Mana Lala?"

"Oh, iya Mbak Lala." Zee menepuk dahinya pelan. Ia kembali teringat dengan tujuannya meminta Zacky datang ke unit tersebut.

"Abang cepet buka pintu kamarnya sekarang. Aku enggak berani asal nyelonong masuk kamar Abang sama Mbak Lala."

Zacky kembali mendekat, lalu menarik handle pintu.

"Mbak Lala," panggil Zee setelah ia menyusul abangnya masuk ke kamar tersebut.

"Sakit...." Mendengar suara rintihan dari seberang tempat tidur, Zacky dan Zee segera menuju ke sumber suara.

"Astaghfirullahal 'adziim, Mbak Lala!!!" teriak Zee setelah menemukan keberadaan Lala yang terduduk lemas di lantai sembari bersandar di tepian ranjang tempat tidur.

Zacky berjongkok di sebelah kanan Lala. Kedua tangannya terangkat untuk merangkum wajah Lala.

Raut wajah khawatir tak bisa Zacky sembunyikan ketika merasakan suhu tubuh Lala yang terasa panas. Perempuan itu demam. Bibirnya terlihat pucat dan keringat dingin membanjiri tubuhnya.

Zacky menepuk pelan pipi Lala untuk menyadarkan perempuan itu ketika perempuan itu masih memejamkan kedua kelopak matanya sembari bibirnya terus bergumam merintih kesakitan.

"La..."

Mendengar suara Zacky, perlahan kelopak mata Lala yang terpejam perlahan mulai membuka.

"Sakit, Bang," lirih Lala sembari meremas perut bagian bawahnya.

"Kamu tahan ya. Kita ke rumah sakit sekarang."

Zacky langsung mengendong Lala. Zee yang sedari tadi diam, tak mau ditinggal sendirian di kamar tersebut. Gadis itu segera mengekori abangnya.

"Tolong buka pintu belakang, Zee," pinta Zacky setelah sampai di basement.

"Kamu duduk di belakang temani Lala, biar Abang yang nyetir," ucap Zacky setelah mendudukkan Lala di kursi belakang kemudi.

Zee berjalan mengitari mobil, lalu duduk di sebelah kiri Lala. Gadis itu menarik Lala untuk bersandar padanya. Menggenggam tangan kakak iparnya dengan kuat untuk memberikan kekuatan.

Zacky segera melajukan mobilnya. Sesekali ia menatap spion tengah untuk melihat kondisi Lala.

"Fokus lihat depan, Bang!" tegur Zee saat Zacky terus memperhatikan spion tengah.

Beruntung jarak rumah sakit dengan apartemen tak terlalu jauh. Zacky membawa Lala ke Asy-Syifa Hospital_rumah sakit milik keluarganya.

"Loh, Zack? Siapa yang sakit?" tanya Tante Clara menghampiri Zacky yang hendak membuka pintu penumpang belakang kemudi.

Zacky menoleh menatap Tante Clara sebentar. "Lala, Tan," jawab Zacky, lalu membuka pintu penumpang.

Tante Clara yang hendak pulang mengurungkan niatnya. Dokter spesialis kandungan yang juga merupakan adik dari mamanya Dewa itu memilih untuk membantu memberikan pertolongan untuk Lala.

Zacky berdiri gelisah menatap pintu IGD yang tertutup rapat.

"Abang minta tolong, Zee. Jangan kasih tahu Mama atau Ibu apalagi Dewa tentang kondisi Lala saat ini."

"Tapi mereka juga berhak tahu, Bang."

"Kalau kondisi Lala sudah membaik, nanti Abang yang akan kasih tahu mereka."

Zee menghela napas, lalu mengangguk pelan. Walau bagaimana pun ia tak boleh ikut campur terlalu jauh dengan urusan rumah tangga abangnya.

"Gimana keadaan Lala, Tan?" Zacky langsung mendekati Tante Clara ketika dokter yang masih terlihat cantik dan awet muda walau usianya sudah memasuki kepala empat itu baru saja keluar dari ruangan IGD.

Tante Clara menatap Zacky dalam, lalu menepuk pelan pundak laki-laki itu.

"Kamu ikhlaskan dia ya?"

"M-maksud, Tante?" tanya Zacky terbata.

Tante Clara menghela napasnya berat, kemudian kembali menatap Zacky. "Janin dalam kandungan istrimu tidak bisa diselamatkan."

Zee yang baru saja mendengar kabar itu menutup mulutnya tak percaya sembari menggeleng pelan. Air matanya sudah luruh tak bisa ia tahan.

"Lala ha-hamil, Tan?" tanya Zacky sekali lagi untuk memastikan jika pendengarannya tidak salah dalam menerima informasi dari Tante Clara.

Tante Clara mengangguk pelan. "Tante perkirakan usianya baru sekitar tiga mingguan."

"Aaaa!!!" Zacky berteriak, lalu berbalik dan melayangkan satu pukulan ke dinding untuk menyalurkan emosinya.

Sungguh. Ia tak tahu jika akan mendapatkan berita bahagia sekaligus berita duka seperti sekarang ini. Ia bahagia karena istrinya hamil, tetapi ia juga merasa sedih ketika kenyataan menghantamnya dengan kabar duka bahwa janin tersebut kini telah tiada.

Tubuh Zacky melorot ke lantai. Laki-laki itu menangis meraung. Ia tak peduli sekarang berada di mana. Hatinya hancur. Pikirannya kalut. Perasaan sakit dan menyesal mulai menggerogotinya secara perlahan. Andai saja ia tak pergi meninggalkan Lala sendiri untuk sementara waktu, pasti berita duka ini tak akan pernah ia dengar. Andai saja ia bisa berpikir lebih jernih, pasti sekarang ia dan Lala sedang berbahagia menanti calon anak mereka lahir ke dunia.

Andai saja....

"Maafkan aku, La....," lirih Zacky. Laki-laki itu terus menggumamkan kata maaf. Namun, semua sudah menjadi bubur. Maaf itu tak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi hari ini.

.
.
.
Maaf, sudah membuat teman-teman menunggu lama.
Sampai jumpai di part selanjutnya ...

Sampai jumpai di part selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang