Selamat membaca...
Diluar perkiraan Zacky. Ia kira tak akan selama itu berada di 'Kananta'. Namun, ia harus tertahan di sana beberapa jam lamanya. Selain untuk memeriksa laporan pembukuan, Zacky juga harus berdiskusi dengan beberapa staff terkait perkembangan 'Kananta' cafe dan resto, baik yang di pusat maupun yang berada di cabang.
Land Rover warna hitam yang dikemudikan Zacky, terparkir rapi di parkiran Deza tepat pukul sebelas siang lebih dua belas menit. Dengan langkah lebar, Zacky berjalan memasuki gedung megah bertingkat itu. Sesekali ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Tak ada senyuman ramah yang terpatri di bibirnya kala terdengar sapaan dari para karyawan. Hanya anggukan singkat sebagai balasan. Hal itu tak membuat para karyawati yang mengidolakan Zacky berpindah haluan. Mereka tetap mengidamkan sosok Zacky sebagai laki-laki yang cocok untuk dijadikan masa depan walaupun pada kenyataannya Sang idola sekarang telah memiliki pawang hati.
"Lho, kok sendiri? Lala mana, Pak?" Suara Alya menyapa indera pendengaran Zacky ketika laki-laki itu baru keluar dari lift dan berpapasan dengan Alya yang baru saja keluar dari pantry.
"Lala?"
Alya mengangguk. "Iya, Lala. Nama istri sekaligus aspri Bapak, Lala 'kan?"
"Bukannya tadi dia sudah sampai lebih dulu?"
"Kata siapa?"
"Malah balik nanya. Ya... kata saya."
"Enggak ada tuh. Saya sampai di gedung ini masih sepi. Belum ada orang dan sampai detik ini enggak ada tanda-tanda kehidupan seorang pun dari dalam ruangan Pak Zacky."
"Tapi tadi pagi Lala bilang ada kerjaan yang harus diselesaikan dan diberikan ke Dewa."
"Pak Dewa aja hari ini ke Adi Jaya, bukan ke Deza."
Zacky terdiam. Ia merasa ada yang disembunyikan dari Lala.
"Bapak lagi berantem sama Lala?"
Zacky mendongak untuk menatap Alya, lalu menggeleng pelan.
"Lala ada cerita sama kamu?"
"Cerita apa, Pak?"
Zacky berdecak kesal. "Kamu ini kalau ditanya langsung dijawab bisa enggak sih? Enggak usah mengajukan pertanyaan balik."
"Lha... Bapak kok malah nyolot sih?"
"Au ah, Bapak selesain sendiri aja sana urusan Bapak sama Lala. Enggak usah bawa-bawa saya. Males saya kalau dijudesin Bapak terus." Alya berjalan meninggalkan Zacky sembari mulutnya tak berhenti menggerutu.
Zacky tak ambil pusing dengan sikap seenaknya Alya. Laki-laki itu segera membuka pintu ruangannya untuk memastikan jika omongan Alya benar adanya. Bukan ia tak percaya dengan ucapan Alya. Namun, Zacky masih ragu jika Lala tega membohonginya dengan menggunakan pekerjaan sebagai alasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
RandomYang dadakan bukan hanya tahu bulat, tapi menikah juga bisa dadakan seperti yang dilakukan oleh Zacky dan Lala. Sahabat dari Dewa itu menikahi sekretarisnya karena suatu kondisi yang memaksanya untuk melakukan pernikahan segera. Penasaran dengan kis...