43. Curiga

4.4K 329 17
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca...

Hari demi hari telah dilalui. Kini sudah genap satu bulan Lala dan Zacky tinggal di kediaman Mama Indah.

Perihal kehamilan Lala dan juga berita satu janinnya yang keguguran masih menjadi rahasia. Hanya Tante Clara, Mama Indah, Zae, Zee, dan terakhir Ibu Laila yang mengetahui. Lala akhirnya memberitahukan berita duka sekaligus bahagia itu ke ibunya atas saran Mama Indah. Walau bagaimana pun hubungan Lala sekarang dengan Zacky, Lala tak boleh merahasiakan tentang kehamilannya itu dari ibunya.

Hari ini Lala izin pulang terlebih dahulu. Ia beralasan kepada Zacky ada janji temu dengan Damita. Lagi-lagi ia harus merangkai kebohongan karena alasan sebenarnya ia pulang awal karena hari ini adalah jadwal ia untuk cek up kandungan. Semalam Lala sudah membuat janji dengan Tante Clara selaku dokter kandungan yang akan menanganinya selama kehamilannya ini.

"Sudah selesai cek up-nya, Mbak?"

"Astagfirullahal azdim..." Lala menoleh terkejut sembari mengucapkan kalimat istighfar.

"Sorry,"

"Untung jantungku enggak lepas, Zae," ucap Lala sembari mengelus dadanya.

"Lagian Mbak Lala ngapain sih? Ngumpet sambil celingukan?"

"Shuutt!!! Jangan berisik. Tadi aku lihat Mbak Manda makanya aku ngumpet," bisik Lala. Matanya awas memindai sekitar takut tiba-tiba Manda nongol dan mengejutkannya seperti Zae.

Zae menghela napasnya berat. "Resiko orang bohong ya... gini. Hidupnya enggak tenang," gumam Zae yang masih bisa didengar jelas oleh telinga Lala.

Plak!!!

"Aduh!" Satu geplakan ringan berhasil mendarat di lengan kiri Zae.

"Heh! enggak usah nyindir ya? Aku ngelakuin ini juga atas saranmu sama Zee."

Zae mengangkat kedua bahunya. "Mau gimana lagi? Abang gue yang satu itu orangnya enggak peka apalagi kalau sangkutannya sama cewek. Anggap saja ini perjuangan lo buat cairin esnya Si kutub."

"Abang tahu lo di sini?"

Lala menggeleng. "Aku izinnya mau ketemu sama sahabatku."

Zae mengangguk mengerti. "Habis ini mau langsung pulang?"

"Bareng gue saja. Malam ini gue nginap di rumah Mama," lanjut Zae setelah mendapati anggukan dari Lala.

Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di kediaman Mama Indah. Beruntung kondisi lalu lintas jalan menuju ke rumah Mama Indah masih lengang. Ketika pintu gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka, bola mata Lala melebar tatkala netranya menemukan sosok yang harusnya ia hindari malah sekarang berdiri bersandar pada pintu mobil.

"Tumben jam segini Abang sudah pulang," gumam Zae seraya melihat arloji yang melingkar di pergelangan kirinya yang masih menunjukkan pukul setengah empat sore. Membuat Lala juga ikut menatap arlojinya.

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang