Selamat membaca...
Zacky melangkah masuk ke dalam rumah menyusul Zae. Langkahnya melambat ketika sampai di ambang pintu kamarnya yang terbuka lebar.
Jubah mandi yang dipakai Lala sudah berganti dengan piyama lengan panjang milik Zee. Mungkin Zee dan Mama Indah yang membantu mengganti dan memakaikan Lala piyama tersebut.
Lala masih belum sadarkan diri. Zae sibuk memeriksa kondisi Lala. Sedangkan Mama Indah dan Zee berdiri di dekat kasur tak jauh dari Zae.
Mama Indah menoleh ketika menyadari kehadiran Zacky di kamar tersebut. Beliau mendekati Zacky yang masih berdiri terdiam di ambang pintu kamar.
"Ikut Mama!" Mama Indah menarik paksa tangan putra sulungnya dan membawanya sedikit menjauh dari kamar tersebut.
"Begini didikan Mama sama Papa?" tanya Mama Indah setelah menghempaskan kasar tangan Zacky.
"Mama dan Papa selalu mengajari kalian bagaimana cara memperlakukan seseorang dengan baik."
"Tapi apa yang Mama lihat sekarang?" Mama Indah menggeleng pelan. Kedua matanya berkaca-kaca menatap Zacky yang tertunduk di depannya.
"Mama enggak menyangka kamu bisa berbuat seperti ini, Bang..."
"Kalau kamu memang enggak niat untuk menikahi Lala, kenapa kamu pilih dia untuk jadi istri kamu?"
"Jangan jadikan permintaan terakhir papamu sebagai alasan untuk kamu melakukan itu."
"Lala gadis baik-baik. Enggak selayaknya dia dapat perlakuan seperti itu dari seorang laki-laki yang sudah sah menjadikannya sebagai istri."
"Jangan kamu kira Mama enggak tahu bagaimana sikapmu tadi, Bang. Mama malu sama ibunya Lala."
"Di sini, bukan hanya kamu saja yang kehilangan Papa. Mama, Zae, sama Zee juga. Kita semua merasakan apa yang kamu rasakan, Bang."
"Kalau sikapmu terus mengabaikan Lala, Papa juga pasti akan sedih. Beliau pasti menyesal telah mengutarakan keinginan terakhirnya itu."
Mama Indah menarik napasnya dalam, lalu mengembuskannya perlahan untuk meredakan emosinya yang meninggi karena geram dengan kelakuan putra sulungnya.
"Papa ingin melihat kamu menikah karena Papa tahu kalau kamu adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Usiamu sudah cukup untuk membina rumah tangga. Dari segi materi juga kamu sudah mapan."
"Tolonglah, Bang. Kamu jangan kecewakan Mama sama Papa."
"Mama tahu kalau di antara kamu sama Lala belum ada rasa cinta, tapi Mama yakin... lambat laun rasa nyaman itu bisa berubah menjadi sayang dan cinta."
"Kamu laki-laki, Bang. Setiap ucapan dan tindakanmu harus bisa dipertanggungjawabkan."
"Mama enggak mau anak laki-laki Mama ini menjadi laki-laki yang pengecut yang hobinya menyakiti hati perempuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
RandomYang dadakan bukan hanya tahu bulat, tapi menikah juga bisa dadakan seperti yang dilakukan oleh Zacky dan Lala. Sahabat dari Dewa itu menikahi sekretarisnya karena suatu kondisi yang memaksanya untuk melakukan pernikahan segera. Penasaran dengan kis...