2. Tak Bisa Menolak

10.4K 683 26
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca...

Auristela atau yang biasa dipanggil Lala. Gadis penjual bunga yang merasa beruntung karena bertemu dengan January Amanda. Wanita hamil yang pernah ia tolong beberapa waktu lalu karena hampir diculik.

Lala menolong Manda dengan ikhlas dan tak mengharapkan pamrih walaupun waktu itu ia sedang butuh pekerjaan setelah ia berhasil menamatkan kuliahnya dan meraih gelar sarjana. Lala tak menyangka jika perempuan hamil yang ia tolong itu ternyata adalah istri dari CEO Deza Group.

Lala tahu Deza Group. Perusahaan properti terbesar di Asia. Tak beda dengan teman-teman kuliahnya yang memimpikan ingin bekerja di perusahaan itu, Lala pun juga mempunyai keinginan yang sama. Ia juga ingin bekerja di perusahaan elite itu. Namun, tak mudah untuk bisa masuk dan bergabung di Deza Group.

Lala juga tak menyangka jika Manda akan membalas pertolongannya dengan menawarinya untuk bekerja di Deza Group. Awalnya Lala menolak karena merasa tak enak walaupun ia ingin. Namun, akhirnya ia menyetujui setelah Manda terus-menerus membujuknya.

Lala adalah anak yatim. Ayahnya sudah lama meninggal dunia, kira-kira saat ia hendak lulus SMA. Kehidupan Lala, ibu, serta adiknya bergantung dari toko bunga kecil yang berada di sebelah rumahnya setelah kepergian ayahnya untuk selama-lamanya.

Lala bekerja di Deza Group sebagai sekretaris dari wakil CEO yang sifatnya berbeda dengan Big Boss-nya. Menjadi sekretaris dari Zacky yang mempunyai sifat dingin dan kaku, membuat Lala terkadang sering dilanda rasa bosan karena letak meja kerja Lala bergabung menjadi satu di dalam ruangan Zacky. Berbeda dengan letak meja sekretaris big boss-nya yang berada di luar ruangan CEO.

Lala juga bingung harus melakukan apa ketika semua pekerjaannya sudah selesai. Mau menonton drama pun, ia sungkan dengan bos keduanya itu. Alhasil, ia hanya berdiam diri sembari menatap layar komputernya. Mencari apa saja yang mampu mengusir rasa bosannya tanpa menimbulkan suara yang berisik.

Hari semakin malam. Sekarang Lala sedang berada di Asy-Syifa Hospital.  Dengan ditemani ibunya, Lala menjenguk papa dari bosnya itu. Bukan Dewa, tapi Zacky. Zacky Radhitya Wiryawan, laki-laki yang duduk di sebelahnya saat ini. Sementara ibunya, masih mengobrol dengan mamanya Zacky di ruang rawat Papa Farhan.

Entah apa yang merasuki laki-laki bertubuh tinggi tegap itu memilih dirinya untuk dijadikan istri demi bisa memenuhi permintaan dari Papa Farhan--papanya Zacky yang kini sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena penyakitnya.

"La ...."

Lala menoleh. Hatinya bimbang setelah mendengar ajakan menikah dari bos keduanya. Ia dan bosnya tak memiliki hubungan asmara. Semua murni karena hubungan kerja. Ia sebagai seorang bawahan dan laki-laki yang duduk di sebelahnya itu adalah atasannya.

Untuk saat ini memang dirinya masih sendiri. Di usianya yang mau menginjak dua puluh dua tahun itu, Lala belum ada target untuk menikah cepat. Ia ingin membahagiakan ibu dan adiknya terlebih dahulu. Selain itu, dia juga sedang menanti seseorang yang sudah beberapa tahun belakangan ini menghilang tanpa kabar. Seseorang yang dulu ia harapkan menjadi jodohnya. Namun, belum ada restu yang mereka kantongi untuk melanjutkan hubungan tersebut. Hingga laki-laki itu pergi tanpa kabar dan kepastian, meninggalkan Lala begitu saja.

"Menikahlah dengan saya, La."

Lala iba dengan tatapan memohon dari Zacky. Zacky yang ia lihat sekarang, tak seperti Zacky yang setiap hari ia lihat di kantor.

Lala menunduk. Kedua tangannya saling meremas di atas pangkuannya. Hatinya gamang. Ia dilema untuk menerima atau menolak pinangan dadakan dari bos keduanya itu.

Ia tak terlalu dekat dengan Zacky maupun keluarganya. Ia hanya sebatas kenal. Begitu pun dengan Zee-- salah satu adik kembar Zacky yang Lala kenal saat ia fitting baju untuk resepsi pernikahan Manda dan Big Boss-nya beberapa waktu lalu.

Sifat kaku, dingin, dan galak Zacky, membuat Lala selalu menjaga jarak dengan laki-laki itu.

Lala menghela napasnya lelah. Ia kembali menoleh menatap Zacky. "Apa Pak Zacky yakin mau menjalani pernikahan dengan saya? Pernikahan itu ikatan yang sakral dan bukan hal yang main-main lho, Pak."

Zacky mengangguk mantap. "Saya sudah memilih kamu. Itu artinya saya yakin untuk menjalani pernikahan nanti dengan kamu."

"Walau saya orang miskin?"

"Saya sudah bilang tadi kalau saya enggak mempermasalahkan status sosial kamu."

"Tapi gimana dengan keluarga Pak Zacky?"

"Saya yang akan menjalani kehidupan rumah tangga bersama kamu, bukan mereka. Saya yang tahu mana yang terbaik buat saya."

"Lagian keluarga saya enggak pernah mempermasalahkan siapa yang nanti akan menjadi anggota baru di keluarga dan bagaimana status sosialnya. Orang tua saya membiarkan saya, Zae, dan Zee untuk bebas menentukan pasangan hidup kami masing-masing ... asal masih seiman dan memiliki attitude yang baik."

Lala kembali menatap ke depan. "Semua enggak akan semudah itu, Pak. Pasti akan berat buat kita untuk melangkah ke depannya karena perbedaan status ekonomi dan sosial di antara keluarga saya dan keluarga Pak Zacky."

"Semua butuh kerja sama agar terasa ringan. Enggak ada yang berat asal kita mau sama-sama berjuang dan saling pengertian," sela Zacky.

"Trust me!" tambahnya lagi.

Lala masih diam. Ia bingung harus menjawab apa.

"La,"

"Saya enggak mau berjuang sendiri, Pak," lirih Lala yang masih bisa didengar oleh Zacky. Dalam benaknya, ia takut jika kejadian yang dulu terulang kembali.

"Kita berjuang sama-sama."

Lala menunduk. Ia menarik napas dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Dalam hati ia mengucap bismillah dan berharap ia tak akan menyesali keputusannya malam ini suatu hari nanti.

"Saya bersedia membantu, Bapak."

Lala menerima pinangan Zacky bukan karena ia tergiur dengan segala fasilitas yang akan ia dapatkan nanti jika ia sudah berhasil menyandang status sebagai Ny. Zacky, tapi karena Lala tipe orang yang 'enggak enakan' dan ia tak kuat menatap tatapan permohonan dari Zacky.

"Makasih, La."

Lala kembali menoleh menatap Zacky. Ada sorot kelegaan di mata bos keduanya itu dengan bibirnya yang mengembang tipis.

Lala memaksakan senyumnya dan mengangguk pelan. Ia hanya berharap jika kehidupan rumah tangga yang akan ia lalui bersama Zacky nanti tak seterjal apa yang ia pikirkan saat ini.

Maaf kalau masih ada typo.
Yuk ramaikan lagi vote dan komentarnya.

Maaf juga kalau nanti kalian terganggu dengan iklan-iklan novel author lainnya yang tersemat di novel ini.

Semangat menunggu kelanjutan kisah Om Zack dan Tante La!!

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang