Lala masih berdiri di tempatnya. Ia masih setia menunggu bos yang sekaligus merangkap sebagai suaminya yang masih berjongkok di sebelah pusara Papa Farhan.
Zacky yang biasa terlihat bersih, rapi, dan dingin, kini tampak lusuh dengan noda tanah di tangan, kaki, dan yang menempel di baju serta celana hitamnya.
Lala menghela napasnya pelan. Baru kali ini ia melihat sisi lain dari bos keduanya—Zacky Radhitya Wiryawan. Ia tak menyangka jika kepergian Papa Farhan untuk selamanya mampu mengubah sikap dan perilaku bosnya itu.
Lala mendongak ketika setetes air jatuh mengenai hidungnya. Langit siang yang tadinya mendung tipis, kini terlihat semakin gelap. Tetes air hujan pun perlahan mulai turun membasahi bumi.
Lala menatap ke arah di mana suaminya berada. Zacky tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Laki-laki itu masih terdiam di tempatnya tanpa memedulikan gerimis yang mulai deras. Tanpa memedulikan keberadaan seorang perempuan yang sedang menunggunya.
Lala melangkah maju hendak menghampiri Zacky. Namun, langkah kakinya ia urungkan. Ia takut menghampiri suaminya dan memilih untuk berbalik.
Lala mencari tempat untuk berteduh dari hujan. Ia berdiri di bawah pohon yang letaknya tak jauh dari tempat mobil Zacky terparkir. Ia usap lengannya ketika udara dingin mulai terasa sampai ke tulangnya. Rambutnya terlihat lembab dan berantakan. Bajunya terlihat sedikit basah.
Lala mengusap lengannya karena hawa sekitar yang mulai terasa dingin. Tatapannya mengarah ke sekitar yang terlihat mulai sepi.
Lala kembali memakai selendangnya untuk menutupi rambutnya yang sedikit basah ketika pandangannya menangkap sosok Zacky yang sedikit berlari menuju ke mobil.Lala segera berlari menerobos hujan untuk menghampiri Zacky yang sudah sampai di mobilnya. Ia langsung masuk ke dalam mobil ketika kunci pintu mobil sudah dibuka.
"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Zacky datar setelah masuk ke dalam mobil.
Lala menoleh untuk menatap Zacky yang duduk di balik kemudi. "Saya menunggu Bapak."
"Saya enggak perlu kamu kasihani," balas Zacky ketus sambil memakai sabuk pengamannya, lantas melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah.
Lala menghela napasnya pelan. Ia memakai sabuk pengamannya dan duduk diam menatap ke arah luar jendela. Ia bingung harus bersikap bagaimana untuk menghadapi suaminya dalam situasi dan kondisi yang seperti sekarang ini.
Hening. Itulah suasana dalam mobil yang ditumpangi oleh Lala dan Zacky. Keduanya memilih untuk saling diam dan sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Dua puluh menit berselang, mobil yang ditumpangi Lala dan Zacky memasuki pintu gerbang rumah besar Mama Indah.
Lala turun dari mobil ketika Zacky sudah memarkirkan mobilnya di garasi.
"Ikuti saya!" ucap Zacky saat berjalan melewati Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
RandomYang dadakan bukan hanya tahu bulat, tapi menikah juga bisa dadakan seperti yang dilakukan oleh Zacky dan Lala. Sahabat dari Dewa itu menikahi sekretarisnya karena suatu kondisi yang memaksanya untuk melakukan pernikahan segera. Penasaran dengan kis...