44. Menguak Fakta

2.4K 256 8
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca...

Ingin tidur tenang, tapi nyatanya tak bisa. Ingin bersikap biasa saja. Namun, hatinya gundah gulana memikirkan fakta baru yang sampai sekarang masih mengganggu pikirannya.

Zacky menoleh ke kanan. Menatap Sang istri yang sudah terlelap. Wajah ayunya yang terlihat polos tanpa riasan make up terlihat damai dan tenang dalam tidurnya.

Zacky menggeser tubuhnya mendekat ke Lala. Menyingkirkan guling yang menjadi pembatas keduanya yang selalu dipasang Lala saat wanita itu bersiap akan tidur.

"Sesulit itukah kamu memaafkan aku, La? Sampai kamu tega membohongiku dengan menyembunyikan salah satu anak kita yang masih hidup di rahimmu?" bisik Zacky sembari menyingkirkan anak rambut yang menutupi pipi Lala.

Zacky menghela napasnya berat. Tatapannya turun pada perut Lala yang masih tertutup selimut. Ia ulurkan tangannya ke sana, lalu mengusapnya pelan.

"Maafkan Papa. Bantu Papa membujuk mamamu, Nak," bisiknya lagi.

Setelah puas memandangi wajah teduh Lala yang masih terlelap, Zacky memilih untuk turun dan keluar dari kamar. Ia tak mau tidur nyenyak istrinya terganggu karena dirinya yang terus berganti-ganti posisi karena belum merasakan kantuk.

Zacky turun ke lantai bawah. Suasana sepi langsung menyambutnya. Bahkan di beberapa ruangan, lampu utama sudah dimatikan.

Laki-laki itu teringat dengan bungkus kardus susu yang dibuang Lala di tempat sampah dapur.

"Loh! kok kosong?" gumamnya ketika lapisan kantong sampah plastik yang biasa dipasang di tempat sampah dapur sudah berganti baru.

Zacky menatap sekeliling. Mencari kantong sampah plastik berwarna hitam itu. Namun, tak kunjung ia dapatkan.

"Apa sudah dibuang ke depan?" gumamnya lagi. Zacky bergegas ke luar rumah. Walaupun ia tadi sudah mencuri dengar obrolan antara Lala dan mamanya, tapi ia juga perlu membuktikan jika susu yang dikonsumsi Lala itu memang benar susu untuk ibu hamil.

"Malam, Mas Zacky," sapa salah seorang security yang tengah berjaga di pos dan sedang menikmati secangkir kopi hitam.

Zacky mengangguk. "Sendirian saja, Pak?" balas Zacky menyapa balik.

"Enggak, Mas. Ini ditemani kopi hitam sama gorengan," candanya. Zacky hanya tersenyum tipis menanggapi candaan salah satu security-nya. Pak Maman namanya.

"Malam ini jaga berdua. Si Bejo lagi ke toilet, Mas," lanjut Pak Maman lagi.

"Ngopi, Mas?" tawar Pak Maman.

"Makasih, Pak. Saya nemenin Pak Maman ngopi saja. Takut malah enggak bisa tidur."

"Lha... Mas Zacky juga aneh. Malam-malam begini apalagi hawanya lagi adem syahdu kayak gini. Bukannya tidur nyenyak di kamar bareng istri, malah keluyuran ke sini."

"Pak Maman sudah dari tadi duduk di sini?" basa-basi Zacky mengalihkan obrolan Pak Maman.

"Iya, Pak. Sampai habis satu piring pisang goreng," kekeh Pak Maman.

"Berarti Bapak lihat tadi ada yang buang sampah ke luar?"

"Oh... ya pasti saya lihat, Mas. Tadi Mbak Lala memang mau keluar buang sampah, tapi langsung saya ambil alih."

Zacky mengangguk mendengar ucapan dari Pak Maman. Pantas saja ia cari-cari tidak ada di dapur. Laki-laki itu terdiam sejenak. Otaknya berpikir untuk mencari alasan agar Pak Maman tak terlalu mencurigainya.

"Mau ke mana, Mas? Katanya mau nemenin saya ngopi?" tanya Pak Maman ketika melihat Zacky berdiri dari duduknya.

"Keluar bentar, Pak."

"Mau saya temenin, Mas?"

Zacky menggeleng. "Enggak usah. Pak Maman lanjut ngopi saja."

Pak Maman tak lagi memaksa. Beliau membiarkan majikannya berjalan menuju ke gerbang. Ia tak mau mencampuri urusan Sang majikan terlalu jauh. Tapi beliau juga tetap memasang sikap waspada jika sewaktu-waktu Zacky memanggilnya dan membutuhkan bantuannya.

"Lihatin apa, Man?"

"Eh! Kamu ini, Jo. Ngagetin aku saja," ucap Pak Maman sembari mengelus dadanya. Ia kaget dengan kehadiran partner jaganya yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatnya.

"Ngobrol sama siapa tadi?" tanyanya sembari duduk di kursi plastik yang berada di seberang Pak Maman. Kursi yang tadi sempat diduduki oleh Zacky.

"Lagi liatin Si Mas Bos."

"Mas Zacky?"

Pak Maman mengangguk. "Sudah, enggak usah kepo. Biar Mas Bos selesain urusannya. Kalau Mas Zacky butuh bantuan, dia juga bakalan manggil kita," sergah Pak Maman ketika Pak Bejo ingin beranjak menyusul Zacky.

***

Mentari pagi sudah menampakkan dirinya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Zacky sudah bersiap dengan setelan kerjanya. Ia duduk santai di sofa sembari mempelajari materi yang akan digunakan untuk meeting nanti. Sementara Lala masih berkutat dengan alat-alat tempurnya untuk menyempurnakan riasannya.

Zacky menutup Ipad-nya. Mulutnya terbuka hendak memanggil nama istrinya. Namun, ia urungkan. Niat hati ingin membicarakan rahasia besar yang ditutupi Lala, ia pendam kembali. Laki-laki itu ingin melihat sampai kapan Lala bisa menyembunyikan fakta itu darinya.

Selepas sarapan bersama. Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Suasana hening kembali menemani perjalanan mereka.

"Nanti kamu ikut aku meeting dengan Ghania Corp."

Lala yang sedari tadi menghadap ke jendela, menoleh menatap suaminya.

"Kenapa enggak ajak ketua tim yang akan menangani proyek ini, Pak?"

"Abang, La. Kita hanya berdua."

"Saya hanya bersikap profesional. Saat ini Abang atasan saya."

"Tapi aku juga suami kamu. Sesuai kesepakatan kita kemarin. Tetap panggil Abang jika kita sedang berdua. "

Lala menghela napasnya pelan. Sikap dominan serta diktatornya Zacky memang sulit untuk ia lawan.

"Kenapa mesti ajak aku? Kerjaanku masih banyak."

"Karena kamu sekretaris sekaligus aspriku. Jadi, kamu harus ikut kemana pun aku pergi."

"Selain itu, clien yang akan kita temui nanti perempuan. Aku lebih aman kalau kamu ikut."

"Bang Zacky tenang saja. Aku bukan tipe istri yang cemburuan."

"Bukan masalah itu yang saya takutkan."

"Terus?"

Zacky menghentikan laju mobilnya ketika mobil tersebut sudah ia parkir rapi di parkiran khusus petinggi Deza Grup.

"Aku enggak mau apa yang pernah dialami Dewa, terjadi juga denganku." Setelah mengatakan itu, Zacky melepas seatbelt-nya, lalu keluar dan berjalan mengitari mobil untuk membukakan pintu sebelah kiri untuk Lala.

***
Alhamdulillah bisa menyapa teman-teman lagi.
Maaf karena harus menyelesaikan tugas ini dan itu, jadi enggak sempat update dan membuat teman-teman menunggu lama.
Terima kasih buat teman-teman yang masih setia menantikan kelanjutan cerita Zacky dan Lala.
Sampai jumpa di part selanjutnya...

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang