14. Tak Bisa Berkutik

6.6K 544 23
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca...

Senyuman mentari telah berganti surya tenggelam. Indahnya sinar rembulan menerobos masuk ke dalam sebuah kamar berukuran dua kali tiga meter lewat jendela yang belum tertutup tirai. Di dalam kamar tersebut ada seorang laki-laki yang duduk termenung di sebuah kursi yang berada di depan meja belajar.

Jendela kamar tersebut sengaja dibiarkan terbuka, membuat tiupan angin malam yang terasa sepoi-sepoi masuk mengibarkan tirai yang berada di samping kusen jendela.

Bunyi detak jarum jam ikut meramaikan suasana di dalam kamar tersebut bersahutan dengan suara serangga yang berada di luar.

Kreeek!

Zacky menoleh untuk menatap pintu ketika mendengar suara dari pintu kamar yang terbuka. Ia mengalihkan tatapannya ketika sudah mengetahui siapa gerangan yang masuk ke kamar tersebut.

Zacky diam memerhatikan tingkah sekretaris yang juga merangkap menjadi istrinya.

Angin sepoi-sepoi yang berhembus dari jendela, kini berganti dengan tiupan angin dari kipas angin yang baru saja Lala nyalakan. Sementara jendela kamar sudah Lala tutup mengingat sekarang hari sudah malam dan jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Zacky mengerutkan keningnya ketika melihat Lala yang hendak beranjak dari kamar itu tanpa sepatah kata pun yang keluar dari bibir gadis itu untuk berbicara kepadanya.

"Mau ke mana kamu?"

Lala yang sudah mengulurkan tangannya untuk menarik handle pintu, diam sejenak di tempat. Gadis itu menoleh untuk menatap Zacky yang kini juga sedang menatapnya dan menanti jawabannya.

"Mau ke kamar ibu."

"Ngapain?"

"Tidur."

"Kenapa harus ke kamar ibu? Kalau kamu mau tidur, kamu bisa tidur di kamarmu sendiri."

"Di sini ada Bapak."

Zacky menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kalau ada saya di sini?"

"Biasanya juga kita tidur satu kamar, satu ranjang juga."

Lala memutar bola matanya malas. "Ya bedalah, Pak! Kamar Bapak 'kan luas. Kasurnya gedhe."

"Sekarang Bapak lihat!" Lala menunjuk kasur berukuran single miliknya, lalu kembali menatap Zacky.

"Mana muat kalau kita tempati berdua? Kecuali Bapak mau berbesar hati untuk tidur di lantai biar kasurnya tetap muat buat saya tiduri."

"Jangan jadikan kasur sebagai alasan untuk kamu biar bisa menghindar dari saya."

Lala menghentakkan kakinya kesal. Ia berjalan mendekat ke arah Zacky, lalu berdiri tak jauh dari tempat Zacky duduk.

"Bapak maunya apa sih?"

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang