42. Balas Dendam

3.6K 282 23
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca...

Kedatangan Mama Indah bersama Zee tentu saja membuat Lala terkejut. Pasalnya ia tak tahu menahu jika mama mertuanya akan datang karena Zacky hanya bilang kalau Zee yang akan kembali ke rumah sakit untuk menemaninya selama laki-laki itu masih berada di kantor.

Melihat kondisi menantunya yang sedang berbaring di ranjang dengan tangan kanannya yang tertancap infus, membuat Mama Indah segera melangkah menghampiri Lala.

"Eh! Baringan saja, Mbak. Enggak usah dipakai duduk kalau kondisi kamu belum sehat betul," cegah Mama Indah ketika melihat Lala bangun dari posisi berbaringnya.

"Sudah lebih baik kok, Ma," ucap Lala seraya mengambil tangan kanan Mama Indah, lalu mengecup pelan punggung tangan itu.

Mama Indah membantu Lala menata bantal untuk dijadikan sandaran punggung Lala, kemudian duduk di tepi ranjang sembari menggenggam telapak tangan kiri Lala yang terbebas dari tancapan selang infus. Sementara Zee, masih sibuk meletakkan makanan yang ia bawa atas permintaan Mama Indah untuk menantunya di atas meja.

Zee meringis ketika mendongak dan mendapati sorot mata penuh tanya kakak iparnya.

"Sorry, Mbak. Aku enggak tahu kalau pagi ini Mama cari aku di butik."

"Kebetulan juga pas ada Mama, Abang telepon suruh aku cepet-cepet ke rumah sakit lagi."

"Lha... 'kan aku anak baik-baik. Enggak bisa aku tuh bohongin Mama."

Zee menyusul Mama Indah dan Lala sembari tangannya membawa piring yang berisi beberapa buah potong yang tadi sempat dibeli sebelum sampai ke rumah sakit.

"Nih, Mbak. Makan buah dulu. Balas dendam juga butuh tenaga."

"Balas dendam?" beo Mama Indah.

Zee langsung menutup mulutnya dengan tangan kirinya, sedangkan Lala melotot ke Zee memberikan isyarat peringatan kepada adik iparnya itu.

Mama Indah berdiri, lalu berpindah untuk duduk di bangku yang ada di sebelah kanan ranjang. Kedua matanya mengawasi kedua putrinya yang masih saling tatap.

"Bisa jelaskan? Apa yang sedang kalian sembunyikan dari Mama?"

Zee berdehem. Ia duduk di sisi ranjang sebelah kiri. "Mbak, ini anggurnya manis loh. Apelnya juga seger." Zee mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menyuapkan sebutir buah anggur hijau ke Lala, kemudian beralih mengambil sepotong buah apel untuk ia makan sendiri.

"Zevanna..."

Zee berhenti mengunyah ketika mendengar Mama Indah memanggilnya dengan nama panjangnya.

"Apa yang kalian sembunyikan dari Mama?"

Lala dan Zee sama-sama menunduk. Mulut keduanya mengunyah pelan buah yang masih berada di dalam mulut masing-masing.

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang