Selamat membaca...
Lala menatap sekeliling restoran. Suasana di restoran itu sangat ramai. Hampir semua meja di sana penuh, baik yang ada di indoor maupun outdoor. Makanan yang disajikan di restoran tersebut berupa makanan Nusantara dan terkenal dengan rasanya yang enak. Jadi, tak heran jika melihat banyaknya manusia yang menghabiskan waktu makan siangnya di restoran itu. Selain menu makanannya yang enak, tempatnya juga nyaman untuk bersantai sekaligus melepas penat sebentar sembari mengisi ulang energi sebelum kembali melanjutkan pekerjaan.
Lala beralih ke makanannya. Makanan yang ia pesan sudah datang. Gadis itu memilih untuk memesan sop buntut dengan nasi putih. Ada beberapa menu tambahan lainnya juga di atas meja. Untuk minumnya, Lala memesan iced lemon tea.
"Loh, Kak Bian mana?"
Lala mendongak ketika mendengar suara dari teman perempuannya yang mengajak ketemuan. Gadis itu bernama Damita, sementara teman laki-laki Lala yang sudah pergi bernama Abian atau biasa dipanggil Kak Bian oleh Lala dan Damita.
Damita adalah teman Lala semasa ia duduk di bangku SMA. Damita bukan hanya teman biasa bagi Lala. Keduanya sudah seperti sahabat sekaligus saudara. Walaupun mereka kuliah di kampus dan jurusan yang berbeda, tetapi persahabatan di antara keduanya tetap terjalin sampai sekarang. Damita sudah meraih mimpinya untuk menjadi seorang dokter, meskipun masih dokter umum. Sedangkan Lala sudah bisa mewujudkan salah satu keinginannya yaitu bisa bekerja di Deza Group walaupun lewat jalur VVIP.
Sementara Abian adalah kakak kelas Lala saat SMA. Selisih umur Lala dan Damita dengan Abian adalah dua tahun. Jadi, saat Lala dan Damita kelas sepuluh, Abian sudah berada di kelas dua belas.
Pertemanan Lala dengan Abian dimulai dari Lala yang pingsan saat kegiatan MOS dan Abian yang menolong Lala dan menggendong gadis itu ke UKS. Abian adalah ketua Osis yang saat itu ikut memantau kegiatan di lapangan. Dari kejadian itu, Lala dan Abian semakin dekat layaknya adik dengan kakak laki-lakinya.
"Udah balik. Tadi dapat panggilan dari sekretarisnya, katanya lima belas menit lagi ada meeting penting."
"Ck! Dasar CEO sok sibuk! Tadi ngemis-ngemis minta ikut makan siang katanya kangen sama lo. Giliran udah ketemu, gue-nya yang dilupain gitu aja."
"Gue pindah sini aja deh kalau gitu," lanjut Damita yang memilih berpindah duduk di bangku yang berada di depan Lala. Bangku yang tadi ditempati oleh Abian.
Tempat duduk di dalam restoran tersebut bervariasi. Di sisi pinggir berupa bench yang saling behadapan dengan satu meja kayu di tengah. Ada juga yang satu sisi berupa bench, sementara sisi di hadapannya berupa dua kursi kayu ukuran single. Teman Lala memilih yang dua-duanya berupa bench.
"Lo kenapa susah banget kalau diajak ketemuan kayak gini sih, La?"
Lala menelan makanan yang ada di mulutnya terlebih dahulu. "Sorry, akhir-akhir ini aku lagi banyak kerjaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Auristela
RandomYang dadakan bukan hanya tahu bulat, tapi menikah juga bisa dadakan seperti yang dilakukan oleh Zacky dan Lala. Sahabat dari Dewa itu menikahi sekretarisnya karena suatu kondisi yang memaksanya untuk melakukan pernikahan segera. Penasaran dengan kis...