"Mau apa lo?" tanya Lula to the point pada Dava yang berada di depannya.
"Kita masih punya urusan bukan?" Dava mengulas senyum pada Lula.
Lula menatap jengkel lelaki ini. "Terus mau lo apa?!"
"Jadi jalang gue?" Dava mengedikkan bahunya, lalu tersenyum miring.
Raut wajah Lula langsung berubah menjadi dingin mendengar perkataan yang dilontarkan Dava.
"Gue gak semurahan itu bangsat!"
"Ya udah, semua murid bakal tau kalo nyokap lo itu... Pe-"
Lula menengok kebelakang, mengantisipasi jika temannya keluar. Benar saja dugaan Lula, mereka semua sudah mendekati pintu. Dengan cepat Lula menutup mulut lelaki sialan itu dengan tangannya agar tidak melanjutkan perkataannya.
"La?" tanya Caca dengan ekspresi kaget dan bingung melihat Lula dengan Dava.
Yolla dan Abel yang dibelakangnya terhenti saat menyadari Caca berhenti. Mereka mengarahkan pandang pada yang dilihat Caca. Sama seperti Caca, mereka pun terkejut melihat itu.
"Pergi," usir Lula tak bersahabat.
Mendengar itu, mereka bertiga langsung pergi mendahului Lula yang masih berada di sana. Caca yang polos masih sempat menengok kebelakang untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Lula.
Lula menarik tangannya dari mulut Dava.
"Lo gak mau temen lo tau, kan?" tanya Dava menantang.
"Simpel, lo tinggal puasin gue. Lo untung gue untung," tawar Dava. Cowok itu mengedip seakan menggoda.
"Cari cewek lain. Gue gak semurahan itu untuk muasin nafsu lo!" ujar Lula yakin.
Mendengar itu Dava mengulas senyumnya kembali. Entah mengapa cowok ini suka sekali tersenyum di depan Lula, benar-benar menyebalkan melihat senyumnya bagi Lula.
"Kalo gue maunya lo gimana? Bukannya lo sama murahannya kayak nyokap lo?"
Lula yang mendengar itu langsung naik pitan tak terima dihina seperti itu.
"Mau lo apaan, sih? Gak cukup lo ngancem gue? Sekarang lo malah fitnah gue gak jelas," tukas Lula.
Lagi-lagi lelaki itu tersenyum ke arah Lula, membuat Lula semakin jengkel.
"Gue mau lo muasin gue," ujarnya lagi.
"Dalam mimpi lo!"
"Lula," panggilan itu berasal dari Marco yang menghampiri Lula.
Lula dan Dava langsung menengok ke arah Marco yang datang mendekati mereka.
Marco memandang Lula, lalu cowok itu mengganti ke arah Dava yang berada di depan Lula. Melihat Dava yang ada di sana, rahang Marco mengeras seakan tak suka Dava dekat dengan Lula.
"Kenapa?" tanya Lula lembut, berbeda rasa saat mengobrol dengan Dava.
"Aku cariin kamu, kata Caca kamu di sini. Ayo ke kelas La," ajak Marco.
Dava yang mendengar perkataan Marco, cowok itu langsung bergidik ngeri dengan perkataan yang dilontarkan Marco.
Lula yang hanya diam di sana membuat Marco menarik tangannya. Terpaksa Lula mengikuti Marco yang berjalan di depannya.
"Lula! Kita masih punya urusan ya! Gue tunggu lo di rooftop pulang sekolah," teriak Dava.
Teriakan Dava memunculkan tanda tanya kebingungan pada Marco, alisnya mengkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Teen Fiction"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...