19. Little Bitch

9.1K 241 8
                                        


Warning 🔞

***

"G-gue." Lula kehabisan kata-katanya di tengah tangisannya.

Semakin ia menahan tangisannya supaya tidak bertambah besar, yang terjadi adalah dadanya yang terus bergetar dan tangisannya yang malah menjadi pecah.

Abel mencoba menenangkan Lula. Diusapnya punggung Lula berkali-kali untuk memberikan kenyamanan. Yolla juga berusaha untuk mengusap hangat tangan Lula.

Dan Caca, cewek itu speechless dengan apa yang ia lihat di depannya, Lula yang tak pernah menunjukkan sisi lain dari dirinya. Yang Caca tau adalah Lula dingin yang tak suka basa-basi dan banyak bicara.

Lula sedari tadi sudah menyelesaikan apa yang sebenarnya terjadi mengenai dirinya yang viral di media sosial sekolah. Ia menceritakan semuanya, dari Mamanya dan tentang ia dan cowok itu. Sama sekali Lula tak menyebutkan siapa cowok itu, ia merahasiakannya.

Yolla sudah dapat menerka siapa yang Lula maksud dan ia lebih bersyukur ketika mendengar cerita Lula, ia bersyukur dijauhkan lebih dulu dari Dava. Tapi rasa kesal tetap menggerogoti dirinya tentang apa yang terjadi pada Lula, ia sama sekali tidak terima.

"Gue bukan yang kayak m-mereka b-bilang." Ada getaran di setiap apa yang dibicarakan Lula.

"Iya gue tau lo nggak mungkin kayak gitu, La. Kita tau lo," tukas Abel menenangkan Lula.

"T-tapi gue nggak kayak gitu." Lula kembali mengulangi perkataanya.

Abel mengusap punggung Lula terus-menerus, "iya, La, gue percaya."

"Tatap mata gue sini!" Yolla membalikkan kepala Lula supaya menghadapnya.

"Lo boleh sedih, La. Tapi lo gak boleh terlalu larut sama kesedihan lo. Lo sama sekali gak salah. Lo. Gak. Salah." Yolla menatap Lula yakin.

Yolla menghapus air mata Lula, "dan lo gak boleh nangis cuma gara-gara berita sampah dan cowok sampah kayak gini, La. Air mata lo ke buang sia-sia."

Lula menjadi semakin terharu mendengar penuturan bijak yang baru saja Yolla lontarkan.

"Tau nih. Lo nangisin berita sampah kayak gitu gak worth it, La."

"Iya nih Lula gak banget."

"Apa lo, Ca? Emang lo ngerti apa yang kita omongin? Dih sok ikut-ikut."

"Gak tau sih. Tapi Caca selalu ada di sini buat dengerin Lula kalo Lula butuh." Caca beranjak memeluk Lula dengan erat.

"Temen lo kehabisan napas bego, Ca!" protes Yolla.

"Biarin yee."

Lula tertawa di dalam dekapan Caca. Bertepatan dengan itu ponsel Lula berbunyi notifikasi pesan. Lula mencoba mengambil ponselnya dengan susah payah di kantong celananya.

"Eh, La. Sebenernya ini waktu yang gak tepat sii, tapi gue perlu ngomong ini."

Lula mengangkat dagunya bertanya apa yang ingin dibicarakan Abel.

"Udah ih nanti aja, Bel!" ujar Yolla memberikan tatapan peringatan.

"Sekarang aja udah."

"Jangan!"

"Yolla sama Abel bakal pertukaran pelajar minggu depan," ceplos Caca dengan gampangnya.

Lula terdiam bersamaan dengan pesan yang ia lihat. Dirinya terpaku di situ juga dengan kedua berita yang baru ia dengar.

"Kita masih bisa video call kok, La. Tenang aja lo gak perlu khawatir, teknologi udah canggih yekan." Abel berusaha untuk memperbaiki keadaan.

Pikiran Lula menjadi bertambah dan menjadi terpecah kemana-mana. Kemudian Lula tersenyum pada mereka semua menandakan dirinya tidak apa-apa.

LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang