"Eughh.... Terus, La."
Dava dibuat mendesah oleh Lula. Miliknya dibuat keenakan oleh jilatan cewek itu. Penisnya dimaju mundurkan ke dalam mulut cewek itu, Lula sangat ahli untuk tidak mengenai giginya pada penis Dava.
Tangan Dava merapihkan anak rambut Lula yang berantakan hingga menutupi wajah cantik cewek itu. Diusapnya rambut Lula secara halus ke belakang agar tidak menghalangi wajah cantik dan bergairahnya.
Dengan Lula yang membuatnya hilang akal akan kuluman tersebut, Dava dengan kondisi mata yang sayu menatap Lula. Ceweknya dengan lihai mengulum penis Dava, Lula seperti sudah ahli dalam urusan ini. Wajahnya yang bergairah dengan peluh di sekitar membuat Lula semakin panas. Dava suka melihat Lula seperti ini.
Tangan Dava mulai bergerak menyusuri wajah Lula. Tangannya menangkup kedua pipi Lula dengan sedikit tekanan.
"Belajar dari siapa, La—shh..."
Mata sayunya menangkap Lula yang tersenyum puas akan hal yang dilakukannya. Lula malah menambah kecepatan kuluman mulutnya pada penis Dava.
Lula sangat liar. Cewek itu bertambah ganas sekarang. Dava berhenti mengapit pipi Lula, ia mengarahkan tangannya untuk menyugar rambut Lula. Tak sampai situ, Dava menyatukan rambut Lula dengan susah payah di tengah-tengah keenakan pada penisnya.
Kini pemandangannya bertambah panas, rambut Lula kini sudah terkuncir dengan tangannya, anak-anak rambutnya dibiarkan begitu saja—menambah kesan seksi lebih dalam pada diri Lula.
Wajah Lula memerah. Cewek itu mempercepat gerakan mulutnya pada penis Dava. Lidahnya sesekali ikut berputar, menjilat batang tersebut. Tangannya tidak tinggal diam, Lula memainkan jari-jari untuk mengelus dan mengurut kedua bola yang ada di paling belakang. Testis Dava dimainkan sesuka Lula, tangan lembut cewek itu memainkannya dengan lihai.
"Shh, La..."
Dava tak bisa pungkiri bahwa ini benar-benar nikmat. Gairahnya berpacu lebih cepat akibat urutan tangan nakal Lula pada testisnya. Penisnya juga terasa tertarik untuk melepaskan sesuatu. Matanya sayu, menikmati permainan yang dilakukan Lula.
"Eugh... La—ahh..."
Napas Dava ngos-ngosan. Dirinya benar-benar sudah ingin mencapai puncak. Begitu memandangi wajah Lula yang penuh gairah, keinginan tersebut semakin menjadi-jadi. Dava menekan kepala Lula lebih dalam, penisnya sudah pasti menyentuh paling ujung bagian rongga mulut Lula. Cowok itu lalu melepasnya secara tiba-tiba, tangannya memegang alih batangnya sendiri.
Dava mengarahkan miliknya pada wajah Lula. Tangan yang satunya menangkup wajah Lula agar diam di tempat, tidak bergeser kemana-mana. Dan ya, pelepasan tersebut keluar tepat di permukaan wajah Lula. Spermanya mulai melebur pada kulit Lula, membuat cewek itu bertambah seksi dengan cairan di wajahnya.
Lula menjilat sedikit cairan yang masih dapat ia jangkau oleh lidahnya. Matanya lurus memandang Dava penuh hasrat, Lula memang selalu seperti artis porno jika di saat-saat seperti ini.
"Enak?" Dava menaikkan salah satu alisnya.
Cowok itu menangkup pipi Lula, membelainya pelan. Tangannya sudah tidak mengikat pada rambut Lula, ia membiarkan rambut Lula terjuntai bebas di sana.
Lula ikut menaikan alisnya. Cewek itu mengedikkan bahunya sebagai respon. Akan tetapi, wajahnya sudah menunjukan semuanya bahwa dirinya menikmati mengulum penis Dava tadi.
Dengan belaian yang masih berada di pipinya, Lula memajukan wajahnya kembali agar bersentuhan dengan penis Dava. Di saat ia mau melakukan sesuatu, Dava malah memajukan penisnya ke atas dan ke bawah, cowok itu membuat batangnya bergesekan dengan wajah Lula yang sudah penuh sperma.

KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Teen Fiction"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...