Sakit hati bgt anjgggg. Udh nulis keapus sial😭. gak ke save anjir ternyataaaaaa. Frustasu😑. Walaupun dikit tapi kan kek apa gitu anjirrrrr, males bgt ngulangnya.
***
Dava membawa tubuh Lula yang sudah terkulai lemas tidak ada tenaga menyusuri lorong menuju kamarnya. Cowok itu menahan napas sedari tadi sebab posisi kepala Lula yang berhadapan langsung dengan lehernya. Setiap kali Lula menarik napas, otomatis langsung mengenai kulit leher Dava, dan hal itu membuat Dava tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Setelah perdebatan rumit yang terjadi diantara mereka, Dava langsung pergi tidak mau berdebat lagi dengan Lula. Alasan lainnya juga karena cowok itu takut tidak bisa mengendalikan emosinya dengan benar.
Dan setelah malam itu, mereka baru bertemu lagi sekarang. Selalu bar yang menjadi tempat mereka bertemu, terlebih lagi dengan Lula yang sudah sangat mabuk dan tidak berdaya di dalam gendongan Dava.
Dava sudah berdiri di samping ranjang hendak melepaskan tubuh Lula begitu saja. Namun ia menoleh pada cewek itu, membuat wajahnya berhadapan langsung dengan Lula.
Melihat wajah tenang Lula yang sedang tertidur, entah mengapa keinginan mengecup wajah Lula tiba-tiba saja timbul di benaknya.
"Sial."
Setelah umpatan itu lolos dari mulutnya, Dava langsung mendekatkan wajahnya dan mencium pelan pipi lembut Lula. Sesekali ia mengendus gemas permukaan wajah Lula.
"Lo kalo mabuk selalu buat susah," gerutu Dava yang kembali fokus untuk melepaskan Lula ke ranjang.
Tangan Dava sudah terlepas dari dirinya yang menahan tubuh Lula, namun Lula tidak kunjung jatuh ke ranjang.
"Nyusahin." Dava beralih untuk melepas paksa tangan Lula yang bersemayam di tubuhnya.
Yang terjadi adalah otot-otot Lula kembali menegang dan mengambil alih semuanya. Tubuh Lula semakin melekat akibat dirinya yang memeluk tanpa mau turun dari gendongan Dava.
Dava pun menoleh setelah merasa ada pergerakkan kepala Lula. Yang didapat adalah Lula yang sudah bangun dengan wajahnya yang memerah.
Lula mendekat ke Dava, mengikis jarak yang sudah dekat itu.
"Kok diturunin sih?" protes Lula.
Jelas Dava tahu bahwa ini bukanlah Lula yang asli, lebih tepatnya Lula dalam mode mabuk. Lula akan menjadi hiperaktif dan berbeda dari kepribadiannya yang asli.
Tak ada jawaban, akhirnya Lula melingkarkan tangannya ke leher Dava dengan kuat agar dirinya tidak jatuh.
Senyuman miring terbit di bibir Lula. Lalu yang terjadi setelah itu adalah bibirnya yang melumat dengan penuh nafsu bibir Dava.
Cowok itu sendiri tidak tau harus bereaksi seperti apa. Yang jelas ia kaget dan langsung menahan tubuh Lula yang mulai kehilangan keseimbangannya.
Lula melesakkan lidahnya masuk untuk menyusuri di dalam sana. Walau tak ada balasan sedikit pun, Lula tetap menyesap dalam bibir Dava. Ia sangat menikmati apa yang dilakukannya sekarang. Dunianya seakan ingin terbang akibat ciuman itu. Perasaan senang juga membuncah di dalam hatinya.
Ciuman sepihak itu terlepas ketika Lula kehabisan napas. Cewek itu lalu memandang dalam wajah Dava yang tak terbaca olehnya.
"Kok gue dibawa ke sini?" tanya Lula spontan.
Dengan santai Dava menjawab, "lo yang nelepon gue tadi."
"Ohh gara-gara gue telepon."
Seketika rasa kecewa langsung menjalar di hati Lula. Namun tidak sempat untuk merasakan kecewa lebih lama, Lula malah merasakan malu dan menyesal dengan ciuman yang dia lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Novela Juvenil"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...