12. Why?

4.1K 201 1
                                    

Mamanya adalah salah satu hal yang benar-benar tidak ingin Lula bahas lagi di hidupnya yang baru ini. Mamanya terlalu dalam menorehkan luka yang ia tak ingin ingat lagi.

Dan dengan begitu saja, lelaki sialan itu mengetahui rahasia Lula tentang Mamanya yang seorang pelacur.

Lula merasa malu dengan dirinya sendiri harus memiliki Mama seperti itu. Berkali-kali Lula menyangkal bahwa dia tidak mempunyai Mama. Tapi sangkalan itu dilawan keras oleh Dava yang mengetahui segalanya.

Celah mana yang ia bocorkan? Tidak ada yang tau tentang itu. Dia di lingkungan baru yang seharusnya tidak ada satupun yang mengetahui itu, akan tetapi Dava?

Diolok? Dijauhi? Di apapun itu semua pernah Lula rasakan. Dan sekarang cewek itu tidak mau membuat semua orang mengetahui dan berujung kejadian kelam terulang lagi. Sebab itu ia menerima tawaran Dava.

Dan dirinya harus jatuh dalam keterpurukan merasa dihina oleh Dava saat tadi. Lula masih termenung dengan majalah yang Caca bawa ke penginapan ini. Lula tak mungkin membacanya, pikirannya kemana-mana.

Abel menyenggol sikut Lula, "lo bawa kan, La?" Dia menatap menyelidik. "Jangan sampe lo gak bawa lagi jir."

"Yakali, sih, Lula gak bawa. Bukannya Lula yang paling suka kalo kita kayak gini-gini." Yolla terkekeh mengejek Lula.

Pandangan Lula jatuh pada majalah hot yang dibawa Caca itu. Lalu mendengar penuturan Yolla dia menjadi fokus pada ketiga sahabatnya ini.

Benar juga jika dipikir-pikir. Lula yang irit ngomong, jika disandingkan dengan pilihan konyol dari geng mereka, pasti Lula yang akan excited dan melupakan sifat aslinya yang tidak peduli dengan apapun. Walau Lula malu mengakui itu.

Caca langsung menggeledah ransel milik Lula. Matanya sumringah ketika mendapati apa yang ia cari.

"Ini Lula bawa nih!" sorak Caca menunjukkan pakaian maid dari tas Lula.

"Yaudah pake Lula!" Abel geram, dia memukul paha Lula dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah pake Lula!" Abel geram, dia memukul paha Lula dengan keras.

"Aw."

"Pake gak?" Abel kembali menepuk paha Lula. "Pake gak?!" Abel menepuk keras lagi paha Lula.

Lula menghela napas gusar, "iya gue pake."

"Cepetan! Kita mau cosplay jadi maid nih."

Lula langsung berlalu ke kamar mandi tanpa niat merespon. Di kamar mandi, dia kebingungan sendiri. Baju itu lebih kecil dari ukuran badannya.

Tidak. Ini bukan bingung, dia kaget dan gelisah. Baju ini harusnya sudah pas di tubuhnya, tanpa embel-embel plus or minus.

Mau tak mau Lula berdecak sebal. Lula tetap memakai pakaian maid seperti keinginan teman-temannya itu.

"Nahkan cakep."

"Temen lo tuh, Ca. Cakep kan."

"Ih Yolla lesbi." Caca langsung bergidik ngeri akan perkataan Yolla yang menurutnya cringe.

Lula sendiri malah bukan senang dipuji. Cewek itu merasa tidak enak lantaran baju yang ia pakai sangat ketat membentuk lekuk tubuhnya. Ditambah lagi, baju maid itu sudah tidak menutupi pahanya lagi. Sekarang hanya menutupi setengah paha Lula.

"Ayo foto dulu lah." Abel sudah siap dengan kamera handphone yang ia pegang dan terlihat di kaca kamar mereka.

"Gak selfie aja?"

"Lo mikir lah, Yoll. Kalo selfie gak keliatan bajunya, kan kita mau cosplay. Mending mirror ye, ga."

Semuanya langsung memandang Caca yang berkata seperti itu. Tatapan aneh menghantui Caca saat ini. Pelafalan kata yang tidak biasa Caca ucapkan ia ucapkan dengan nada polosnya seperti biasa, menjadi terkesan aneh di telinga mereka semua.

"Ca?" Yolla mengangkat alisnya.

"Apa?" Caca memperlihatkan senyum manisnya.

"Idih begaya banget lo, Ca, pake gue elo," sindir Abel to the point.

"Kenapa emang?" Caca masih dengan senyumnya. "Emang kalian doang yang bisa, Caca juga bisa kali, wlee." Kali ini cewek itu menjulurkan lidahnya.

"Gak cocok sama lo, bego," frontal Yolla.

"Yaudah si biarin. Kan Caca juga pingin gaul kayak kalian."

"IYA-IYA. Yaudah ayo gaise kita foto."

Dan Lula tidak ikut menimbrung. Cewek itu sempat tersentak akan perkataan yang keluar dari mulut Caca, namun tanpa pikir panjang ia tidak mau peduli.

"Satu.. dua.. ti-"

Ting nong

Bersamaan dengan itu, bel kamar mereka dibunyikan oleh seseorang. Semuanya berdecak kesal, alhasil menyebabkan jepretan foto dari kamera handphone Abel menjadi tak jelas.

"Yang deket pintu bukain dong." Yolla berniat bercanda pada Lula, namun respon Lula seperti merasa tidak ikhlas, lantaran cewek itu yang tidak menjawab apapun dan langsung menuju pintu.

Lula membuka pintu tersebut dengan hati-hati. Perlahan ia menyembul dari balik pintu. Melihat siapa yang berada di sana membuatnya langsung memutar bola mata malas.

Cewek itu berniat untuk masuk kembali, namun baru ada selangkah, tangannya langsung ditarik oleh orang tersebut.

Lula menaikan alisnya bertanya.

"Gue mau ngomong sama lo."

Tepat di saat itu, atensi Lula teralihkan seluruhnya. Ada yang lebih menarik daripada Dava yang berada di depannya. Menciduk pacar selingkuh sepertinya lebih menarik perhatiannya.

Marco berada di sana sedang menunggu orang yang berada di kamar tersebut. Dan keluarlah perempuan dengan senyuman ke arah Marco.

Hati Lula menjadi sesak lagi. Panggilan Dava sama sekali tidak terdengar olehnya, sampai cowok itu menatap apa yang ditatap Lula.

Setelah tau apa yang terjadi, Dava langsung balik menatap Lula. Lula sudah tidak berada di sana, cewek itu sudah kembali masuk meninggalkannya Dava sendiri di luar kamarnya.

***

LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang