11. Adventure Journey

4.3K 206 9
                                    

"Caca..." Abel mengayunkan suaranya.

Caca langsung menoleh ketika Abel menyebutkan namanya saat ini.

Abel menatap gemas Caca yang berada di baris sebelahnya, "lo pake pelindung kepalanya yang bener dong! Masa miring-miring begini, sih?"

Helm rafting yang digunakan Caca langsung dibenarkan oleh Abel dengan cepat. Namun baru saja Abel selesai membenarkan pelindung kepala itu, pandangan Caca dan Abel bertemu.

"Ih kayak lesbi anjrit." Abel terkekeh dengan perkataannya sendiri.

"Caca masih normal ya!" tukas Caca tak terima.

"Jokes doang anjrit. Jokes!" Kepala Caca langsung ditempeleng oleh Abel.

"Aw, sakit ih!"

"Maju dong!"

Omongan itu membuat Caca dan Abel spontan menoleh ke belakang. Di sana sudah terdapat temannya yang menunggu antrian saat ini.

Seakan tak terima, Abel menatap sinis ke belakang. Lalu mereka berdua langsung maju menuju perbatasan wahana tantangan yang akan mereka naiki saat ini.

Di belakang sana, Lula ikut melangkah mengikuti baris antrian. Tanpa Lula sadari, orang yang berbaris di sebelahnya sudah berbeda.

Yolla berpindah barisan dengan keadaan perasaannya yang campur aduk. Matanya meneliti tak suka pada cowok yang memintanya berpindah tempat. Mau tidak mau, Yolla tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menolaknya.

"Seperti instruksi yang sudah diberikan, kalian melewati tali itu dengan hati-hati. Jangan sampai kalian terjatuh pada kolam yang berada di bawahnya."

Selesai guru itu menjelaskan, Lula menatap pada tali yang terbentang di sana. Dengan tali yang bawah sebagai sanggahan kaki, dan atas sebagai sanggahan tangan.

Abel dan Caca sudah lebih dulu memasuki area tersebut. Terlihat Caca yang takut-takut untuk melangkah di tali itu. Dan Abel terus saja menggoda Caca dengan menggoyangkan talinya.

Dan tatapan Lula tertuju pada orang yang berada di sampingnya. Cowok itu tersenyum manis ke arah Lula. Lula menatap datar Dava yang berada di situ.

"Tadi kepala lo sakit. Udah mendingan sekarang?" tanya Dava memulai pembicaraan.

Lula diam membisu, tidak berniat menjawab. Dan pada gilirannya melangkah untuk menuju tali yang terbentang di sana.

Dengan hati-hati, kaki Lula berjalan di atas tali tersebut, menguatkan kaki dan tangannya agar tidak goyah dan jatuh pada kolam yang berada di bawahnya.

Belum lama Lula berjalan tali itu sudah digoyang-goyang oleh oknum sialan itu. Lula tak mau peduli untuk saat ini, dia masih bisa berjalan di atas tali walau terhambat.

"Apa susahnya, sih, ngomong?" Dava berbicara yang tertuju pada Lula. "babu sialan emang ya lo! Gue sebarin tentang nyokap lo baru tau rasa."

Kalimat terakhir Dava menarik perhatian Lula. Cewek itu terdiam lalu menoleh ke arah Dava.

Lula lengah. Dava memiliki kesempatan untuk menggoyangkan tali tersebut, dan ya, cowok itu melakukannya.

Badan Lula bergerak begitu hebat akibat goyangan tali yang kuat dari Dava. Dirinya yang lengah membuat badannya hampir terhuyung ke belakang.

Jika saja Dava tidak memegang pinggang Lula, cewek itu akan jatuh. Memang ini aneh, Dava yang menyebabkan dan dia juga yang menolong.

Satu detik.

Dua detik.

Setelah itu Lula langsung menghempas tangan Dava dari pinggangnya. Ia tidak suka lelaki ini menyentuhnya.

Sial! Ini gawat. Lula melupakan bahwa tangannya yang menahan tali atas itu tidak berpegang dengan kuat. Dan di saat dia mulai kembali terhuyung, tangannya berusaha mencari bantuan untuk tetap stabil.

Bantuan itu refleks ia pinta dari baju kaos seragam olahraga Dava. Tangannya refleks menarik cowok itu bersamanya.

Lula bukan malah mendapat pertolongan, ia malah menjerumuskan Dava ke bulang yang sama sepertinya.

"Ah! Lo kenapa narik gue—byurr."

Belum sempat Dava menyelesaikan ucapannya, dia dan Lula sudah lebih dahulu menyelam masuk ke dalam kolam.

Pakaian olahraga itu sudah dipenuhi oleh air yang menyerap. Rambut dan tubuh mereka ikutan basah.

Untung kolam ini bukan kolam lumpur, jika iya mereka akan susah membersihkan tubuh dan baju-bajunya. Untung yang kedua, kolam ini hanya kolam cetek saja

"Lo kenapa narik gue?! akh, fuck!" Dava memekik tak terima dengan ulah Lula.

Sedangkan cewek itu masih sibuk dengan hidungnya yang kemasukkan air.

"Gue tolongin gamau. Giliran lo jatuh, lo narik gue?! Are you kidding me?"

Dava menghempas kesal air dengan tangannya kepada Lula. Cowok itu benar-benar kesal sekarang. Matanya menatap sinis Lula.

"Babu nyusahin tau gak lo? Yang babu gue apa elo?!"

Dava berubah menjadi temperamen. Dia saat ini bukan lagi Dava yang suka memberikan senyum manis kepada Lula, dan Lula saat ini melihat perubahan itu.

Untuk apa Lula peduli? Itu bukan urusannya. Dia lalu bangkit setelah adegan bersih-bersih hidungnya itu. Lula berniat mendahului Dava.

Namun saat pandangan Dava jatuh pada Lula, cowok itu langsung mendesis.

"Hell!! Baju lo nyeplak anjrit!"

Lula memutar bola mata sinis. Itu benar-benar bukan urusan Dava jika bajunya membentuk lekuk tubuhnya yang seksi ini?

Anggap saja Lula terlalu pede, dan lagi pula cowok itu pernah berkata jika ia sama murahannya dengan Mamanya. Dan lalu jika mengapa dia menjadi seperti ini dia malah marah?

Benarkan dia marah?

Lula terlalu banyak berfikir sekarang. Dia langsung berjalan melewati air ini.

Lagi-lagi kendala ada di cowok itu. Tangan Lula dicengkeram sangat kuat tanpa mempedulikan sang empu.

"Pake baju gue." Dava melepas bajunya saat itu juga tanpa memperdulikan mereka semua yang melihatnya.

Luka menautkan alisnya, "gak butuh."

Mendengar itu membuat rahang Dava mengeras. Ia memejamkan mata untuk meredam emosinya terlebih dahulu. Belum ada beberapa detik Dava memejam, Lula sudah bergerak menjauh dari tempatnya berada.

"Resek banget hidup lo! Baju lo basah bangsat!"

Entah mengapa Dava semakin menunjukkan sikap temperamennya. Namun Lula hanya melihat sekilas dan lanjut untuk pergi.

"Oh ya udah kalo itu mau lo." Dava memasang bajunya kembali. "Lo emang jalang kayak nyokap lo. Biar semua tau betapa jalangnya lo dengan make baju nyeplak kayak gini!"

Dava pergi meninggalkan Lula yang sempat terpaku dengan ucapan cowok itu. Namun ia langsung bergidik tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.




LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang