21. Repeated

5.7K 208 2
                                    

"Nggak bisa. Lula ada urusan sama gue."

Suara itu datang tiba-tiba tanpa membiarkan Lula menjawab terlebih dahulu ajakan Marco.

Marco melirik pada Dava sang pengganggu yang tiba-tiba datang. Lirikannya lalu berpindah pada Lula dan tersenyum hangat.

"Kalo gitu nanti aja, masih ada waktu. Aku tunggu, ya."

"Nggak. Gue bakal lama sama Lula."

Setelah perkataan itu, tangan Lula ditarik paksa. Tanpa membiarkan Lula yang meronta tak suka, Dava terus membawa cewek itu pergi dari keramaian.

"Lepas, sialan." Lula berusaha memberontak dan juga menghentikan langkahnya.

Posisi mereka sudah jauh dari keramaian lantai pertama, dan di lantai dua ini tidak banyak orang yang berlalu lalang.

"Berisik. Kalo lo nggak nurut, gue bakal pake cara kasar."

Tatapan Lula sangat dingin dilayangkannya. "Apa? Mau perkosa gue lagi?" ujarnya tenang.

Raut wajah Dava berubah menjadi sendu. Kepalanya langsung otomatis tertunduk ke bawah.

Gumaman kecil terdengar keluar dari mulutnya, "Maaf."

Kedua tangan Lula diambilnya. "Maaf, Lula.. Maafin gue. Maaf." Kata-kata itu terus diulang.

"Gue mohon maafin gue. Gue salah. Gue kelepasan. Gue marah banget saat lo kirim foto itu. Maaf, Lula. Maafin gue."

Dava awalnya tak berani menatap Lula, namun sekarang ia memberanikannya. Matanya menangkap manik Lula, Dava sendiri tidak dapat menerka apa yang
Lula ekspresikan sekarang, entah marah ataupun kecewa, itu semua kosong tak terlihat.

"Kenapa baru sekarang?" Lula melepaskan tangannya yang diambil Dava.

Dava terdiam. Cowok itu terlalu gengsi untuk mengatakan yang sebenarnya. Dibanding gengsi, ia lebih takut respon Lula pada dirinya setelah apa yang ia perbuat.

"Nggak bisa jawab?"

"G-gue." Dava mencoba menata kata-kata rumit di pikirannya. "Gue terlalu benci sama diri gue sendiri setelah apa yang gue lakuin sama lo. Gue bener-bener takut apa yang gue perbuat ngebuat lo marah dan bakal pergi dari gue."

Wajah Dava berubah melunak begitupula dengan seluruh energinya. Ia mendekat ke Lula dan membiarkan kepalanya bersimpuh lemah pada pundak Lula. Dan juga tangan itu sembarangan memeluk pinggang ramping Lula.

"Maaf. Maaf untuk kekacauan yang udah gue buat. Maaf. Gue nggak mau kehilangan lo lagi. Gue bersalah atas semua ini, lo berhak salahin gue setiap saat. Tapi gue nggak akan lepasin lo lagi."

"Maaf. Gue minta maaf, Lula..." Kaitan tangannya pada pinggang Lula semakin diperkuat.

Dava berharap setelah ini semuanya selesai. Masalah yang terjadi pada mereka berdua adalah kesalahan, dan Dava tidak akan membiarkan kesalahan itu terjadi. Semuanya sudah terlalu jauh jika ia tidak menyelesaikannya. Mulai dari pikiran bodohnya yang beranggapan bahwa dengan menjauhi Lula semuanya akan selesai, nyatanya tidak. Dan semua itu merajalela sekarang.

"You never had me." Kata pertama yang dilontarkan Lula sebagai respon.

"Lo toxic. Lebih baik lo menjauh dari kehidupan gue." Lula melepaskan kasar semua yang menempel di tubuhnya, mulai dari tangan kotor cowok.

"Dan lo juga harus menjauh dari temen gue."

Ini yang Dava takutkan, respon Lula selalu di luar nalarnya. Jelas pandangan kecewa akan ekspektasinya dan tidak terima terpadu di wajahnya.

LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang