27. Maid

4.2K 149 0
                                    

Warning 🔞

———

Lula terlalu sulit untuk membahas janinnya yang telah tiada itu. Selama beberapa hari kebelakang benar-benar membuatnya hilang akal. Dirinya frustasi dan sangat tersiksa. Dari siksaan fisik dan batin telah ia rasakan.

Dan Lula sudah sangat jauh hingga sampai di titik ini. Dia sudah menghabiskan banyak waktu kelamnya dan tergantikan dengan bahagia. Dia sama sekali tidak mau mengungkit lagi insiden kegugurannya. Biarkan itu menjadi kenangan buruk yang tidak harus di kulik lebih dalam lagi.

Sebagaimana reaksi santainya saat Dava mengetahui masalah aborsi tersebut. Ia tidak peduli bahwa Dava akan mengetahuinya atau tidak, memarahinya atau tidak. Semuanya sudah berlalu. Dan jika Dava ingin pergi meninggalkannya, silahkan. Walaupun semuanya terasa sakit jika melihat kemarahan Dava tadi padanya.

Lula tertidur menghadap kiri pada lemari. Pikirannya masih kosong setelah terungkapnya kehamilannya. Yang bisa ia lakukan adalah mengusap pelan pipinya. Ia mengusap pipinya untuk mencari kehangatan dan kesibukan agar tidak memikirkan masa-masa tersiksanya.

Walau terus disibukkan dengan elusan tersebut, pikirannya tetap mengingat pada masa-masa itu. Rasanya Lula ingin membakar semua ingatannya sekarang.

Entah Lula yang terlalu memikirkan akan hal ini, atau apa. Tiba-tiba saja suara hangat dan familiar itu menyapa gendang telinganya dengan sangat dekat.

"La..."

Seketika usapan Lula pada pipinya terhenti, ia tidak mau merespon perkataan Dava tersebut.

"Hey, kita harus bicarain ini, La." Dava berujar dengan lembut dan beranjak memegang punggung Lula.

"Ada alkohol di bawah ranjang."

Bukannya menjawab, Lula malah menawarkan Dava alkohol yang ia simpan di bawah ranjangnya.

Dava memilih untuk menghiraukan perkataan Lula. Ia bergerak untuk memutar balikkan tubuh Lula agar terarah kepadanya. Dilihatnya wajah Lula yang terlihat datar namun ada setitik air mata yang lolos dari pelupuknya.

Rasa sakit melihat Lula menangis mulai menjalar di hatinya. Dava turut ikut sakit dan sedih saat tau bahwa Lula mengalami masa-masa sulit selama ini akibat ulahnya. Keguguran dan semua hal yang diceritakan Laily bagaimana kondisi Lula saat itu sungguh menyayat hatinya. Kisah tentang masa-masa itu sangat jauh dari apa yang ia tau.

Dava menghapus bulir air mata yang mengalir di pipi Lula dengan lembut. Tangannya terulur untuk membawa Lula ke dalam dekapannya. Dava memeluk Lula dengan erat dan penuh kasih sayang. Ia berkali-kali mengecup hangat kening Lula.

"Kenapa nggak pernah cerita, Lula.." Dava mengusap rambut Lula.

Tak mendapatkan jawaban kembali, akhirnya Dava membuka suara lagi.

"Hey." Cowok itu memegang dagu Lula ke atas supaya Lula menatapnya, ia membelai lembut pipi Lula.

"Kenapa nggak cerita sama aku? Kamu punya aku, aku punya kamu. Kenapa kamu nggak cerita? Kenapa kamu malah nanggung semuanya sendiri, Lula..."

Dava semakin mengeratkan pelukannya pada Lula. Cowok itu terus membelai lembut pipi Lula. Terdengar suara isakan kecil dari Lula, Dava langsung memusatkan perhatiannya pada cewek itu.

Ia sangat sedih melihat Lula seperti ini, ia ikut merasakan kesedihan dan rasa sakit yang dirasakan Lula. Dava pun tidak mau melihat gadisnya bersedih seperti ini, ia ingin Lula tersenyum bahagia. Namun untuk sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk memaksakan kebahagian itu. Biarkan Lula melampiaskannya sekarang saat ia berada di sisi gadis itu.

LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang