Pengaruh alkohol itu membuat Lula tidur sejenak. Namun cewek itu tiba-tiba terjaga, matanya mengerling tak jelas.
"Lo! Ngapain, sih, di sini? Kenapa lo selalu ngejebak gue, ancem gue, semuanya bikin gue frustasi!" Lula mengacak rambutnya setelah racauan tak jelasnya.
Alkohol itu masih mempengaruhi Lula hingga saat ini. Cewek itu merangkak di atas ranjang untuk menghampiri Dava yang berada di pinggir ranjang.
Dava menatap aneh Lula. "Gue?" tanya Dava menunjuk dirinya.
Lula menghampiri Dava. Tangannya bertengger kuat pada bahu Dava. Matanya berpura-pura menjadi serius.
"Iya, elo!! Kenapa elo harus ngacauin hidup gue dengan anceman lo itu, sih?!"
"Lo pikir lo siapa, hey!!" Lula mencengkram bahu Dava erat.
"Ngehina gue murahan! Gue bukan nyokap gue!! Gue bukan jalang asal lo tau!" Kali ini Lula membenturkan kepalanya pada tubuh Dava dengan keras.
Dava meringis pelan akibat hantaman kepala Lula itu. Cowok itu melayangkan tatapan kesal, ingin marah kepada Lula saat ini juga.
"Tapi lo ganteng juga, sih. Senyuman lo manis. Lo selalu senyum disaat ketemu gue, entah lo pengen ngeledek gue atau apa." Tidak ada gerakan lagi dari Lula, ia terdiam sejenak setelah kata-katanya.
Pengakuan Lula membuat Dava tidak menjadi kesal. Cowok itu lantas mengulas senyum, sebelum senyum itu luntur oleh omongan Lula selanjutnya...
"Tapi masih gantengan Marco." Lula tersenyum kemudian.
"Terus apa salah gue, sialan! Kenapa dia khianatin gue?! Gue kurang sempurna? Gue kurang cantik?! Apa tubuh gue kurang menarik?!" Lula memamerkan tubuhnya di depan Dava.
Pengaruh alkohol ini membuat Lula menjadi sangat beringas saat ini. Sifatnya benar-benar berubah 180 derajat.
"Bilang kalo gue gak sempur-eumph."
Omongan Lula terhenti. Benda kenyal ia rasakan pada bibirnya. Otaknya masih mencerna semua ini. Tengkuk Lula dipegang erat oleh Dava. Cowok itu menuntut untuk menjelajah lebih dalam dengan bibir Lula.
Bibir Dava terus menghisap bibir Lula. Tangannya mendorong tengkuk Lula agar cewek itu membalas ciumannya. Lula yang tadinya diam, kini menjadi kalut. Ciuman Dava dibalas oleh Lula. Malah saat ini cewek itu menjadi begitu agresif dan dominan.
Bibirnya menghisap, menikmati setiap inci benda kenyal yang ada dihadapannya. Deruan napas satu sama lain saling terdengar dengan jarak yang sedekat ini. Kini tak hanya ciuman, tangan Dava mulai menjalar ke sekitar kulit Lula, membuat sensasi geli pada perut Lula.
Namun Dava menarik bibirnya cukup kuat dari persatuan mereka. Dava merasa ini sudah begitu jauh. Ia menatap dalam penuh artian Lula yang berada di depannya.
Oksigennya telah habis untuk Lula berbalas akibat ciuman itu. Dan sekarang, dia mencari oksigen untuk bernapas.
Lula menjadi salah tingkah setelah ciuman itu berakhir. Pipinya bersemu merah. Tengkuknya yang tidak gatal ia garuk, dan Lula tak tau harus bereaksi seperti apa saat ini.
Pergerakan Dava membuat perubahan sedikit untuk Lula. Cowok itu beranjak dari ranjang meninggalkan Lula yang tak tau harus melakukan apa.
Yang Lula bisa lakukan saat ini hanya telentang memandangi langit-langit kamar. Alkohol hingga saat ini masih mempengaruhi dirinya. Wajahnya memasang ekspresi tersipu malu.
Jika Lula saat ini sadar, pasti ia akan mengutuk dirinya saat itu juga. Ini benar-benar memalukan. Dan pengaruh alkohol itu membuat Lula melambung tinggi. Ada sensasi fly di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Teen Fiction"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...