4. Permainan Dimulai

11.7K 326 1
                                    

"Lula," panggil Abel yang berjalan ke arah Lula. Di belakang Abel terdapat Caca dan Yolla yang setia mengikuti.

Lula yang berada di meja tidak menanggapi panggilan Abel. Ia begitu malas untuk menjawab panggilan itu.

"Lula!" Abel memanggil Lula kembali.

Cewek yang dipanggil itu hanya melihat Abel yang datang ke arahnya tanpa merespon apapun.

"Kampret lo, La! Gue panggil gak ngerespon."

"Kenapa?" Kali ini Lula baru merespon panggilan Abel.

"Tadi itu kita ngomongin Lu-"

"Caca!" peringat Abel. Cewek itu melayangkan tatapan tajam ke arah Caca yang membuat Caca menghentikan omongannya.

"Hehehe. Tanya Abel sama Yolla aja deh. Nanti Caca salah." Caca menyunggingkan senyum takut.

Tidak tertarik lagi, Lula lebih memilih mengarahkan pandangannya ke tempat lain.

"La, lo deket ama Da-"

Omongan Yolla terhenti saat melihat Lula yang sibuk mengambil sesuatu di tasnya. Setelah mendapati apa yang dia cari, Lula pergi menjauh ke arah pintu.

Dapat mereka lihat Lula sepertinya akan menghampiri Dava yang baru memasuki kelas. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Lula melempar coklat yang ia bawa ke arah Dava, tidak peduli coklat itu tertangkap apa tidak.

Lagi-lagi orang yang berada di sana terkejut dengan hal itu. Tidak biasanya Lula seperti itu, mereka semakin mempertanyakan hubungan Lula dengan Dava.

"Udah, gini doang?" tanya Dava.

Tanpa menghiraukan Dava, Lula kembali berjalan ke tempat duduknya semula. Teman-teman Lula langsung memandang Lula dengan tatapan bingungnya.

"Kenapa, La?" tanya Abel.

Lula tidak merespon itu. Cewek itu tidak berniat untuk menjawabnya.

"Lula ada apa-apa, ya, sama Dava?" tanya Caca to the point.

Spontan Abel langsung melayangkan tatapan tajam lagi kepada Caca. Lula yang mendengar itu hanya memandang Caca, lalu cewek itu bergidik tak peduli.

"Tuh, kan, Caca salah lagi." Caca seakan menyesali perbuatannya.

Kini pandangan Caca tertuju pada Yolla, "Yolla aja deh yang tanya. Kan dari tadi Yolla yang paling semangat. Kok sekarang diem-diem aja, sih."

Mendengar kalimat yang dilontarkan Caca, Yolla langsung gelagapan mencari alasan dan menyembunyikan suatu hal.

Lula seakan menutup kupingnya dari pembicaraan yang mereka lakukan. Cewek itu menatap kosong ke arah jendela.

"Udah, deh. Nanti aja ngomonginnya." Abel mencoba mengakhiri pembahasan tentang topik ini.

"Ih, tapi, kan, kalian juga pada penasaran bukan tadi." Caca tak terima. Tingkat kekepoannya sudah tinggi dan menuntut harus dituntaskan.

"Caca!" Abel melotot ke arah Caca.

Mereka bertiga layaknya berteman dengan tiga orang saja. Lula akan merespon jika dia sedang memiliki perasaan yang bagus, tapi tidak untuk saat ini.

***

"La, kamu kenapa?" Marco sedari tadi memandangi Lula yang belum juga membuka suara.

Harusnya saat ini mereka akan menghabiskan waktu istirahat. Namun sedari tadi, Lula terus saja diam tidak berbicara apapun.

Lula menatap Marco. Cewek itu hanya menggeleng seakan ia bisu.

"Tumben kamu beda banget. Perasaan pas kita jalan, kamu ceria banget, banyak ngomong lagi."

LALULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang