"Murahan banget, sih, lo."
"Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?"
"Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...
Dava menggaruk rambut acak-acakannya yang tidak gatal. Matanya masih menyipit, belum sepenuhnya terbangun, walau dirinya sudah berjalan keluar dari kamar untuk mencari keberadaan kekasihnya.
Kini Dava mulai mengucek matanya agar lebih jelas lagi untuk melihat keadaan sekitar. Dan matanya beralih pada ruang tamu, ia tetap tidak menemukan wanita itu. Hanya perlu beberapa detik untuk menyadarkan Dava bahwa kekasihnya berada tak jauh dari situ.
Dava buru-buru berjalan menuju lorong pendek yang akan mengantarkannya pada ruang makan yang menyatu dengan dapur bersih apartemen ini. Suara aktivitas tersebut mulai terdengar jelas di pendengarannya sekarang.
Dava langsung merasa tenang seketika saat mendapati wanita itu berada di sana, tengah sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Ia pun menghampiri tanpa suara, dan langsung memeluk pinggang kekasihnya dari belakang.
Kepala Dava bersandar nyaman pada ceruk leher wanita itu sembari matanya terpejam dengan tentram. Sedari dulu, memang selalu terasa nyaman saat memeluk tubuh hangat itu. Membuat Dava menginginkan pelukan hangat antara mereka lagi dan lagi.
"Kamu ngapain, La."
Lula. Wanita itu yang sedang sibuk dengan aktivitasnya, kini mengalihkan perhatiannya kepada Dava. Tangannya langsung secara otomatis mengusap pipi Dava, kemudian menariknya dengan kekuatan yang lumayan kencang.
"Ih! Aku nanya, kok malah dicubit, sih, La..."
"Emang kamu nggak—" Seketika gelenyar geli terasa di perut Lula. Cowok itu membalas perbuatan Lula dengan menggelitik perutnya. Tak tahan dengan gelenyar geli yang semakin bertambah, Lula meliukkan tubuhnya karena gelenyar geli tersebut. Matanya terpejam dengan mulutnya yang terus mengeluarkan tawanya. "Udah, ah, D-dav! Geli... Dav."
Dava menyudahinya dengan memeluk Lula lebih erat lagi. Memeluk cewek itu sangat erat, seakan sudah tidak ada waktu lagi untuk menyalurkan kehangatan dan kasih sayangnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku nanya doang, kamu lagi ngapain, Lula sayangku..."
"Kamu nggak mau sarapan emang, Dav?"
"Maulah! Tapi kamu ninggalin aku duluan tadi." Dava semakin mengeratkan tubuhnya yang memeluk hangat Lula.
"Kamu nggak bangun, sih, tadi," imbuhnya. "Oiya, mesin pemanggang rotinya mati, Dav. Kamu harus benerin, deh, kayaknya." Lula kembali fokus pada penggorengan di depannya. Ia mulai membalik roti pada bagian bawah ke atas.