I wanna be your slave
I wanna be your master
I wanna make you heart beat
Run like rollercoasterDari tadi, alunan lagu tersebut diputar terus menerus hingga membuat kuping Dava panas. Cowok itu menjadi hafal dengan lagunya yang Lula putar berkali-kali. Yang membuat Dava panas bukan perihal diputar terus-menerus, melainkan suara yang menyanyikannya itu.
Suara itu terdengar berat dan seksi seperti suara pria dewasa pada umumnya, yang pasti sangat membuat kuping Lula nyaman mendengarnya, terbukti dengan Lula yang menyetel terus. Padahal jika dibandingkan dengan suara Dava, Dava jelas lebih unggul dari itu. Suara Dava benar-benar seksi dan juga merdu jika Lula mendengarnya.
"Babe."
Dava berlagak manja seperti anak kecil. Ia mendongakkan kepalanya yang bersemayam di paha Lula. Tangannya mencubit pipi Lula dengan gemas.
"Hm?"
Lula tetap fokus pada layar di handphonenya. Seseorang yang melakukan cover lagu 'i wanna be your slave', suaranya membuat Lula ketagihan. Ia berkali-kali mengulang dan mengikuti suara berat itu dari batinnya.
Mendengar jawaban Lula yang hanya berdeham dan tidak fokus kepadanya membuat Dava kesal. Cowok itu mencubit lebih keras lagi pipi Lula, membuat sang empu langsung menatap sengit kepadanya.
"Kenapa, Dava?!"
Dava tersenyum mendengar Lula yang akhirnya fokus kepadanya.
"Liat apaan sih? serius banget."
Tiba-tiba senyuman terbit di wajah Lula. Cewek itu membalikkan handphonenya agar Dava dapat melihatnya.
"Bagus ya suara yang covernya. Berat tapi enak didengernya."
Lantas Dava tidak terima. Ia tidak suka melihat Lula memuji cowok lain, itu sangat memuakkan. Cowok itu cemberut kesal sebagai responnya akan ungkapan Lula.
"Bagusan juga suara gue," pede Dava.
Lula terkekeh, lalu ia mencubit kecil permukaan wajah Dava. "Emang bisa nyanyi?"
"Bisa lah! Udah pernah denger juga, kan suara gue."
Lula ingat akan hal itu, saat dimana dia sedang mabuk dan Dava bernyanyi tapi seolah tidak mau ada yang mendengar nyanyiannya. Lula sampai dimaki waktu itu karena mengambil gitar miliknya. Lula ingin tertawa sekarang ketika mengingatnya.
"Apanya?! Orang langsung marah-marah pas gitarnya mau diliat."
Wajah Dava menjadi tegang. Cowok itu menyelusupkan kepalanya agar bertemu perut Lula. Ia bersemayam nyaman di sana, tangannya memeluk posesif pinggang Lula.
"Dih, kenapa?"
Melihat gelagat aneh Dava membuat Lula bingung. Ia mengelus-elus rambut Dava dengan pelan. Rambut cowok itu terasa halus dan enak untuk dipegang.
"Sebenernya." Suara Dava terdengar pelan namun masih dapat didengar oleh Lula.
"Kenapa?"
"Sebenernya gue benci kalo orang ngeliat gue nyanyi."
Dava berbicara begitu cepat supaya Lula tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Namun nyatanya, Lula mendengar dengan jelas di telinganya. Cewek itu langsung memusatkan perhatiannya pada Dava. Pernyataan Dava mengundang banyak pertanyaan dari Lula.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Teen Fiction"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...