Oke. Lula menghela napas kasar. Dirinya seakan melepaskan beban-beban yang sedari tadi ia pikul. Ini adalah keputusan dirinya untuk pergi pada acara keluarga besar Dava. Dan karena itu, Lula seharusnya tidak boleh merasa menyesal akan pilihannya kali ini.
Cewek itu menaikkan dagunya agar ia dapat terlihat lebih percaya diri. Wajahnya yang sudah terbiasa untuk cuek, dingin, dan tidak berekspresi pun muncul sekarang. Dirinya mulai mencari tangan Dava untuk digandengnya.
"Nggak usah takut, La. Its okay baby girl."
Dava tersenyum jahil akibat lontaran kata yang dikeluarkannya. Dan pula, ekspresi Lula yang berubah menjadi sangat lucu, merah padam seperti itu. Cowok itu langsung mendaratkan kecupan pada kening Lula.
Setelah Dava meyakinkannya, mereka berdua akhirnya mulai berjalan menuju tempat acara tersebut. Dari luarnya saja, Lula sudah dapat menerka betapa megahnya acara ini. Mansion tersebut sudah terlihat mewah dari luarnya. Lula merasa tidak pantas jika harus datang pada acara megah di antara kumpulan orang kaya seperti ini. Dirinya tidak cukup pantas sebenarnya. Tapi karena Dava, Lula meyakinkan dirinya sendiri untuk berada di sini.
Kaki Lula sudah berhasil menginjakan lantai pertama pada mansion tersebut. Dirinya dan Dava langsung disambut oleh para pelayan yang mengarahkan mereka. Bukan hanya pelayan, sorot mata orang-orang tersebut juga tertuju pada mereka berdua. Lagi dan lagi, jika dirinya bersama Dava, semua orang akan selalu tertuju kepada mereka. Semenarik itukah hubungan mereka untuk dipertontonkan?
Lula semakin mengeratkan gandengan tangannya pada lengan Dava. Lalu kemudian cewek itu menatap Dava, dan mulai mempertanyakan dengan apa yang ia bingung kan sedari tadi.
"Dav," panggil Lula.
"Hm?"
"Acaranya ngapain aja emang?"
Dava memusatkan perhatiannya kepada Lula, "Cuma kumpul keluarga doang."
Ya, hanya kumpul keluarga, akan tetapi dengan pesta yang digelar sebesar ini. Mata Lula sudah dimanjakan dengan berbagai interior mewah yang menghiasi mansion tersebut. Kini dirinya terasa berjalan di red carpet. Apalagi, dengan banyaknya pasang mata yang menyorot kepadanya.
"Kamu mau minum?"
Lula mendongak, menatap ke arah Dava. Lalu cewek itu tersenyum jahil, "Minum apa?"
"Mau soda, jus, atau apa? Banyak minumannya. Tapi jangan alkohol."
"Mau minum..."
Mata Lula terarah ke bawah, tepat pada milik Dava berada. Cewek itu melayangkan senyumannya jahilnya, membuat Dava terkekeh dan langsung merangkul pinggang Lula. Dava lanjut mengecup pipi Lula, dan membisikkan sesuatu di sana.
"Nakal banget, sih, La." Diremasnya pinggang Lula dengan begitu posesif.
"Diajarin siapa, sih?" Dava kembali mengecup pipi Lula. Hidungnya bersemayam pada pipi halus Lula, mengendus-endus aroma Lula yang terasa sangat menyegarkan penciumannya.
Ekor mata Lula mulai memperhatikan ke sekitar. Dirinya seolah takut menjadi tontonan akibat ulah Dava tadi. Sebenarnya, salahnya juga untuk menggoda Dava di tengah keramaian seperti ini.
"Mau minum apa jadinya."
"Terserah."
"Oke." Dava menampilkan jari jempolnya yang diacungkan.
Lula hanya terkekeh geli akibat Dava yang pasrah dengan ucapan Lula tadi.
Cowok itu membawa Lula menuju pada meja yang berisi minuman-minuman yang sudah terisi pada gelasnya. Lalu Dava mengambil gelas bening dengan isi minuman berwarna merah terang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LALULA
Fiksi Remaja"Murahan banget, sih, lo." "Gak ada bedanya lo sama nyokap lo. Sama-sama pelacur." Cowok itu menghembuskan napas kasar. "Lo pikir gue bersikap baik sama lo gara-gara gue suka sama lo, huh?" "Gue cuma mau tubuh lo, anjing. Dan sekarang lo ngasih tu...