38. SA, LO MASIH HIDUP?

219 41 18
                                    

Nungguin ngga? Nungguin ngga?
ENGGALAH, MASA NUNGGUIN.
Jangan lupa vote dan komen,
Selamat menyelami kisah Victoria♡

.
.
.

38. SA, LO MASIH HIDUP?

.
.
.

Api mulai merambat keseluruh area gedung. Dengan tenaga yg tersisa, Arlan berusaha melepaskan ikatan pada tangan dan kakinya. Diruangan kosong ini, hanya dirinya yg masih bertahan. Anggita, Nathan, Elvan, dan Ferra masih dalam keadaan yg sama. Yaitu tidak sadarkan diri, dengan kondisi yg terikat sama sepertinya.

Carroline, Pia, dan Arka sudah meninggalkan mereka dilantai dua tepatnya diruangan nomor dua belas. Dengan tak berhatinya, tiga manusia brengsek itu mengurung mereka ketika Arka sudah berhasil membakar gedung.

"Akh.." Dalam kondisi terikat, Arlan berhasil memposisikan tubuhnya untuk berdiri. Sambil melompat-lompat layaknya pocong, cowok itu mendekati Nathan.

Dengan tenaga yg semakin kecil, Arlan berusaha mengeluarkan sebuah belati yg bersembunyi dikantong celana yg dikenakan Nathan. Ya, walaupun sangat sulit, ditambah lagi tubuhnya yg sudah tidak bisa diajak kerja sama. Arlan akhirnya bisa mengeluarkan belati tersebut lalu membuka ikatan pada tanganya.

Setelah tali pada kakinya terlepas, Arlan berjalan kearah jendela. Sesekali dia terbatuk dan menyemburkan darah dari mulutnya yg mulai merembes keseragamnya. Dengan kondisi yg benar benar memprihatikan, cowok itu memecahkan kaca jendela menggunakan balok kayu yg digunakan Arka untuk memukulnya tadi.

Jendela pun terbuka, lelaki itu menendang kayu yg menutupi jendela dari luar. Jeritan cukup lantang reflek Arlan keluarkan, ketika kakinya dia paksa untuk menendang meskipun tulang keringnya terasa benar benar menyakitkan.

Tapi usahanya tidak mengecewakan. Arlan akhirnya berhasil menghancurkan kayu yg melapisi jendela, cowok itu menatap situasi diluar gedung meskipun samar-samar api mulai muncul dari balik pintu yg menguncinya dan teman teman.

Sepetinya keberuntungan sedang berpihak kepada Arlan. Dari kejauhan, dia bisa melihat satu orang yg mengenakan atribut Zellix yg lengkap tengah terduduk lemah. Senyum Arlan terbit, setidaknya disaat Zellix sudah terkapar tak berdaya dihalaman gedung, Tuhan masih menyisakan satu orang untuk membantunya kali ini.

Arlan melepas earphone yg dia kenakan, lalu mengikat bendat itu dibalok kayu yg ia bawa menggunakan dasi sekolahnya. Setelah siap, Arlan melempar balok itu kerarah orang yg masih terduduk diantara gugurnya pasukan Zellix tersebut.

Sasaran Arlan sangat pas, balok itu jatuh tepat dihadapan orang tersebut. Meski dari kejauhan, Arlan bisa melihat orang itu menatap kearahnya, dengan cepat ia menyuruh earphone yg dia ikat pada balok kayu itu untuk segera digunakan oleh orang tersebut.

Mengingat posisi Elvan dekat dengan jendela, Arlan pun memutuskan untuk mengambil earphone milik temanya itu. Arlan sempat menepuk bahu Elvan dua kali lalu mengusap rambut cowok itu dengan seulas senyuman. "Kita boleh kalah, tapi kita harus selamat." Ujar Arlan dengan penuh keyakinan.

Arlan memasang earphone milik Elvan ketelinga kananya. Sempurna, orang yg dia lempari balok tadi juga sudah menggunakan earphonenya. Arlan pun membuka suara. "Pasukan Zellix kan?"

"Saya salah satu pasukan Zellix. Nama saya Raga."

Arlan mengangguk. "Kelantai dua, ruangan nomor dua belas. Ayo, gue tunggu."

VICTORIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang