45. CIUMAN PERDANA(END)

378 45 15
                                    

Jangan lupa vote dan komen,
Selamat menikmati akhir kisah Victoria♡

.
.
.

45. CIUMAN PERDANA.

.
.
.

Deruman mobil terdengar mendekat kemudian berhenti. Victoria mengusap air matanya sambil menoleh, ternyata Vodka datang, dia benar-benar membawa mobil untuk Elvan ke Rumah Sakit.

"ELVAN, AYO KE RUMAH SAKIT!" Teriak Vodka sembari keluar dari dalam mobil.

Hening. Pemilik nama itu tidak terdengar suaranya. Vodka berlari mendekat, bersamaan dengan Arlan yg menggeser diri untuk memberikan posisi bagi Vodka untuk melihat Elvan yg sudah tidak bernyawa.

Vodka merasa matanya memanas, kakinya lemas hingga cowok itupun terjatuh ketika melihat kedua mata Elvan sudah tertutup. "Bangun, njing."

"Sialan, gue bikin melotot nih mata Lo sekarang!"

Vodka sedikit tertawa. "Oh oke, gue tonjok ya? Kapan gue punya kesempatan mukul Lo kalo ga sekarang."

Tangan Vodka melayang dan siap memukul Elvan sesuai ucapanya, namun tanganya ditepis langsung oleh Arlan. Tiba-tiba air mata Vodka menetes begitu saja, melihat wajah Arlan yg begitu terlihat hancur dan kehilangan.

"Elvan udah pergi, Vodka." Lirih Arlan dengan rasa sesak yg menghimpit dadanya.

Vodka tertawa lalu menatap wajah Elvan cukup lama. "Gue terlambat ya, Van?"

Sadewa yg dari tadi terdiam, akhirnya berdiri dan menyuruh semua orang untuk membawa jenazah Elvan pergi. Tidak ada sepatah katapun yg keluar dari mereka semua, tinggal air mata yg terus bercucuran mengiringi perjalanan Elvan menuju rumah barunya.

Victoria masuk ke dalam mobil dan memilih duduk disebelah Vodka yg siap mengemudi. Dibelakang sudah ada Sadewa dan juga Kevin yg menemani tubuh Elvan. Sebelum benar-benar pergi, Victoria sempat melirik kearah jendela.

Lokasi ini, Victoria tidak akan mendatanginya lagi. Darah Elvan masih nampak dilapangan itu, dan Victoria berharap dia tidak pernah datang ke tempat ini lagi, tempat dimana dia kehilangan salah satu pengendali hidupnya, yakni Elvan.

Pandangan Victoria berhenti pada satu titik, keluarga Bratadikara. Dari dalam mobil, Victoria menyaksikan Riana yg sedang memeluk tubuh Carroline.

Victoria menghela nafas. "Bahkan disaat apa yg Elvan lakuin, Lo milih untuk ada buat Alin ketimbang gue yg lebih butuh Lo, Ri." Lirihnya.

Malam itu, Elvan dan kawan-kawan pergi meninggalkan tempat tersebut. Tempat dimana nafas terakhir Elvan berhembus, tempat dimana Elvan memilih pergi meninggalkan semua orang yg masih memerlukan kehadirannya.

Victoria menyandarkan tubuhnya pada kursi, pandanganya tak lepas dari Riana yg sedang menangis kencang. Entah apa yg membuat gadis itu menangis sampai seperti itu, namun Victoria sempat mendengar teriakan Riana yg terdengar begitu pilu.

"JA-JADI RIANA BUKAN ANAK PAPA?!"

Brak.

Victoria tersadar dari lamunannya ketika Arlan menggebrak mejanya dengan keras. Sambil mendengus, Victoria mengacak rambutnya dengan sebal. Sialan, kenapa bayangan malam itu kembali dia ingat?

VICTORIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang