41. JEBAKAN MUSUH

189 40 7
                                    

Ada yg kangen sama cerita ini ngga sih?
Jangan lupa vote dan komen,
Selamat menyelami kisah Victoria♡

.
.
.

41. JEBAKAN MUSUH.

.
.
.

"Jangan takut, Lo semua juga dapet giliranya."

Entah kenapa, suasana hening setelah Sadewa mengucapkan hal itu. Semua orang enggan untuk menjawab, karna masih terkejut dengan tubuh Victoria yg mendadak ambruk. Riana yg posisinya berada dibelakang Victoria, reflek berteriak kaget dan segera memangku tubuh lelaki itu.

"Jangan biarin banyak darah keluar dari perut Victoria." Bisik Riyan kepada Trisula.

"Tahan pake ini." Lanjut cowok itu sambil membuka kemejanya dengan tergesa-gesa. Trisula pun berusaha mengambil kemeja milik Riyan disituasi yg masih gelap gulita.

Rasa sakit begitu menyerang area perut Victoria yg baru saja ditusuk pisau oleh Sadewa. Sungguh, perutnya sama sekali tidak bisa digerakan. Bahkan sekedar untuk bernafas Victoria tidak bisa, tiap kali mengirup oksigen, perutnya otomatis bergerak yg menimbulkan rasa sakit kembali.

"Gue ngga apa-apa, Ri. Jangan nangis lagi." Suara Victoria mulai bergetar, air matanya pun bercucuran. Untung saja situasi masih gelap, atau dia akan malu karna ketahuan menangis dihadapan Riana.

"Udah sekarat, mending diem aja deh Lo." Bukan Riana yg menjawab, melainkan Trisula. Gadis itu berusaha menahan darah yg perlahan keluar dari perut Victoria menggunakan kemeja yg tadi diberikan Riyan.

Arlan dari tadi hanya terdiam, dia tak berniat untuk buka suara atau melihat kondisi Victoria dibelakangnya. Layar CCTV masih cowok itu pandang, bahkan dia bisa melihat pergerakan Sadewa yg berganti hendak menyerang Riyan yg berdiri disebelahnya.

"Berhenti, Sa." Arlan menahan tangan Sadewa yg hendak menusuk dada Riyan, cowok itu menarik pisau dari tangan Sadewa dengan cepat. Meskipun cahaya dari layar CCTV yg meremang, tak membuat aksi Arlan gagal.

Untuk menusuk pisau yg dia ambil ke perut Sadewa.

Riyan dan Anggita, terpekik menyaksikan hal tersebut. Dihadapan mata mereka semua, tubuh Sadewa ambruk dengan pisau yg masih menancap diperutnya. Kaki Anggita bergerak untuk mendekati Sadewa, namun tanganya malah ditahan oleh Riyan.

Belum sempat Anggita bicara, tiba-tiba suara Arka kembali terdengar. Semua orang terdiam saat telinga mereka mendengar tawa dari Pia, Carroline, dan juga Arka yg saling bersahut-sahutan.

Semua orang semakin bingung, saat mendengar ketukan dari arah pintu. Kejadianya begitu kompak, akses cahaya berupa layar CCTV mendadak mati tanpa alasan. Kali ini, mereka benar-benar ada ditengah kegelapan.

"Sampai jumpa, Sadewa."

Sadewa yg merasa terpanggil pun reflek mengedarkan pandangan. Jeritan cukup lantang lolos dari mulutnya ketika berhasil menarik pisau yg bersemayam diperutnya, dengan darah yg mengucur deras, dia berusaha berdiri. Baru saja Sadewa hendak bertanya, tiba-tiba pintu langsung terbuka begitu saja.

Semua orang terkejut, mendapati kedatangan anggota polisi yg sudah menodongkan senjata ke arah mereka. Tunggu, siapa yg membawa polisi kemari? Ponsel mereka semua sudah diretas oleh Arka, bahkan frekuensi gelombang suara masih terdengar dari ponsel Riyan. Lalu, siapa orangnya?

Dia adalah Arka sendiri.

Arka sengaja meracuni pikiran Sadewa dengan mengatakan bahwa Riana telah mencintai Victoria dan menghianati perjuangan cowok itu. Bodohnya, Sadewa malah percaya. Dengan lapang dada, Arka membebaskan Sadewa sebelum membakar gedung yg menyekap Riana. Kemudian membiarkan Sadewa untuk melukai Victoria dan teman-temanya.

VICTORIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang