40. PERMAINAN ARKA

212 37 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen,
Selamat menyelami kisah Victoria♡

.
.
.

40. PERMAINAN ARKA.

.
.
.

Victoria mendekati Riana dengan wajah terkejut yg kentara, apa yg diucapkan gadis itu barusan, benar-benar membuatnya kaget bukan main. Apa Riana akan memilih untuk bersama dengan Sadewa? Oh shit.

"Lo nyadar, Sa? Secara ngga langsung, Lo perlahan egois." Ujar Victoria lalu melirik Sadewa.

"Egois Lo bilang? Selama gue disakitin, kemana aja Lo sebagai temen gue, hm?" Sadewa memegang lengan kirinya yg mulai terasa sakit.

"Kalo elo emang cinta sama Riana, kenapa baru Dateng sekarang? Dimana Lo waktu masa-masa dia disakitin keluarganya?" Lanjut Sadewa.

Victoria menelan salivanya dengan kuat. "Tapi Sa-

"Kalo Lo nanya sama Victoria, biar gue yg jawab. Dimana Lo waktu Riana gue bully? Selama dua tahun, Lo cuma nontonin Riana ditindas." Anggita muncul dari ambang pintu, gadis itu berjalan dengan wajah datarnya sambil mendekati Sadewa.

"Lo bodoh, kalo berfikir cuma Lo doang manusia yg berjuang buat Riana. Ada Kak Iyan, Kak Rey, Papa, Mama, dan ada temen-temenya juga." Lanjut gadis itu.

Sadewa sempat terdiam, lalu tertawa sebelum bicara. "Perjuangan mereka ngga setara sama gue."

Riana, Victoria, dan Riyan. Hanya diam menyimak. Dengan harapan, Anggita bisa memberikan penjelasan kepada Sadewa, disaat mereka sudah kehabisan kata untuk membuat cowok itu memahami kenyataan.

"Ngelawak ya Lo? Jantung Victoria hampir berhenti berdetak karna banyak serangan yg dia dapet di dada. Kaki Arlan hampir diamputasi, kalo aja kita terlambat bawa dia ke Rumah Sakit. Ferra hampir mati kehabisan darah, seandainya Victoria ngga ngiket dasi di kepala dia buat nahan pendarahan." Anggita menghentikan penjelasanya, gadis itu menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata sejenak.

"Dari semua luka yg kita dapetin, cuma Elvan yg paling parah. Dia sembuh tapi dia harus hidup dengan satu paru-paru. Racun yg Pia kasi ke Elvan, ternyata mengandung infeksi yg nyerang satu paru-parunya. Dan penawar yg Nathan buat, cuma bisa nyelametin satu aja." Ungkap Anggita kemudian menunduk, mata gadis itu mulai memanas.

"Mereka semua kaya gitu, demi Riana juga, Sa." Lanjutnya.

"Gue marah sama diri sendiri, kenapa gue ngga dapet luka yg parah kaya temen-temen gue? Kita masuk ke Gedung sama-sama sehat dan waktu keluar dari sana, cuma gue dan Nathan yg sehat disituasi itu." Air mata Anggita kemudian luruh. Gadis itu menunduk dengan berlinang air mata. Sakit sekali rasanya, ketika kita berjuang bersama-sama, namun semesta malah membuat tubuhnya tetap berdiri tegak diantara runtuhnya teman-teman yg lain.

Sadewa diam seribu bahasa, lelaki dengan wajah nyaris tertutupi luka itu melangkah mendekati Anggita. Sadewa menyentuh bahu cewek itu dengan mata yg berkaca-kaca.

Anggita mendongak. Ketika mendapati Sadewa sudah berdiri didepanya, dia langsung memeluk cowok itu. Anggita mencengkram dengan kuat pakaian yg dikenakan Sadewa, munafik jika dia mengatakan bahwa tubuhnya masih sehat. Nyatanya, Anggita juga mendapatkan luka yg setara.

"Pernah ngga sih Lo, nanya ke semua orang. Siapa yg paling nangisin kepergian Lo selain Riana? Gue, Sa." Ujar Anggita dengan nada bergetar.

Sadewa tak menjawab, tak juga membalas pelukan Anggita. Sepertinya cowok itu mulai menyadari bahwa bukan dirinya saja yg berjuang mati-matian untuk Riana.

VICTORIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang